Pada zaman sebelum kemerdekaan Indonesia, para pejuang Indonesia terus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan segala usaha dan doa. Pejuang-pejuang Indonesia mempertaruhkan nyawa untuk merebut kemerdekaan Indonesia. Dalam sanubari pejuang Indonesia berkeinginan untuk merdeka atau lepas dari penjajahan yang kejam.
Bisa dibayangkan betapa keras hidupnya para pendahulu kita yang hidup dalam masa penjajahan. Mereka menahan kelaparan, menahan rasa sakit dan lainnya. Coba dibayangkan dan dipikirkan andai kita hidup di zaman penjajahan, apakah kita kuat menahan kerasnya hidup di zaman penjajahan?
Terima kasih pahlawanku yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Jasa-jasamu akan ku balas sebagai wujud terima kasihku. Wujud terima kasihku bukan hanya berkata-kata yang keluar dari mulut manis saja tetapi wujud terima kasihku berwujud tindakan nyata dalam merangkai kebaikan di muka bumi ini untuk mengisi kemerdekaan Indonesia.
Isilah kemerdekaan hal-hal yang bermanfaat demi kebaikan Indonesia walaupun itu sifatnya kecil, yang terpenting lakukan yang terbaik untuk bangsa dan negara. Kontribusi kecil kebaikan ini sebagai bentuk rasa cinta kita kepada negeri Indonesia tercinta ini. Merdekaaaaa!!!!!
Indonesia sudah lepas dari zaman penjajahan (peperangan) tetapi sekarang masih berlanjut dengan peperangan yang bentuknya berbeda. Dahulu pejuang Indonesia melawan penjajah secara fisik tetapi sekarang perang bukan hanya fisik semata melainkan bentuknya berbeda seperti proxy war, asymmetric warfare, cyber warfare.
Bentuk perangnya berbeda maka strateginya juga berbeda. Sebagai warga negara Indonesia kita harus ikut turut membela bangsa dari segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Dari berbagai masyarakat atau lini profesi apapun harus turut membela negara ini dengan segala kemampuan yang dimilikinya.
Janganlah berharap menjadi beban negara melainkan jadilah individu yang berkontribusi nyata bagi bangsa Indonesia. Bisa dibayangkan jika masing-masing masyarakat Indonesia berkontribusi walaupun itu kecil bisa menjadikan negara ini menjadi kuat. Contoh jika siswa/i atau mahasiswa/i maka bentuk kontribusi kecil yaitu menjadi siswa/mahasiswa yang rajin, pintar dan berakhlak.
Saudaraku, ternyata masih ada musuh lagi yang sudah jelas didepan mata maka dengannya perlu dihadapi. Musuhnya yaitu keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, narkoba dan lainnya. Musuh-musuh ini harus ditumpas bersama. Sebelum menumpasnya maka kuatkan motivasi dalam diri sendiri.
Kalau ambil motivasi penulis, diantaranya ingin berlomba-lombalah dalam kebaikan, bermanfaat kepada orang lain supaya hidupnya lebih bermakna atau berarti dan jika diantara 1000 orang melakukan kebaikan maka aku diantaranya, jika diantara 10 orang melakukan kebaikan maka aku diantaranya, jika ada 1 orang yang melakukan kebaikan maka berharap aku diantaranya.
Motivasi ini sebagai penguat diri untuk terus berperan aktif melakukan kebaikan, menumpas musuh-musuh. Tetaplah ingat berjuang untuk meraih kasih sayang Sang Pencipta bukan berharap pujian orang.