MEMBANGUN KESADARAN LINGKUNGAN PADA GENERASI EMAS MELALUI KEGIATAN MEMBACA DI TAMAN BACA MASYARAKAT DESA CIKAHURIPAN
Penulis: Nur Rokhmani Tri Siswi dan Sarah
Masalah lingkungan adalah isu yang dianggap krusial, karena menyangkut kualitas kehidupan di masa yang akan datang. Salah satu masalah lingkungan yang menjadi sorotan adalah masalah sampah. Masalah sampah merupakan masalah yang dihadapi warga dunia bukan hanya untuk saat ini, tetapi juga akan membawa dampak di masa depan. Terlebih, kebiasaan dalam membuang sampah yang masih sangat memprihatinkan, terutama di negara-negara berkembang. Begitu pula kondisi yang dialami masyarakat Indonesia, terutama anak-anak di Kampung Cikahuripan, Nagrog, Cicalengka, Bandung, yang masih membuang sampah sembarangan. Anak-anak di kampung Cikahuripan cenderung tidak peduli dengan dampak membuang sampah sembarangan sebab mereka menganggap barang yang telah dipakai tidak lagi memiliki kegunaan dan bebas untuk diperlakukan. Mereka tidak mengetahui bahaya apa yang akan terjadi apabila tidak dapat menjaga lingkungan sekitar, salah satunya menjaga lingkungan dari sampah. (Sabri, dan Nasfi, 2020).
Kebiasaan ini akan berdampak buruk bagi masyarakat, bahkan dapat menjadi budaya yang dilestarikan di Kampung Cikahuripan apabila tidak ada yang peduli dengan kondisi tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan literasi lingkungan, sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa masyarakat pedesaan membutuhkan informasi mengenai literasi lingkungan (Riyanto, 2020). Minnesota Office of Environmental Assistance menjelaskan literasi lingkungan sebagai pengetahuan dan pemahaman individu terhadap aspek-aspek yang membangun lingkungan, prinsip-prinsip yang terjadi di lingkungan, dan mampu bertindak memelihara kualitas lingkungan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi lingkungan merupakan pemahaman seseorang tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan lingkungan, termasuk pemahaman terhadap permasalahan lingkungan yang sedang terjadi, upaya memberikan solusi, hingga mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah tersebut (Derevenskaia, O., 2014). Individu yang memiliki literasi lingkungan cenderung memiliki kesadaran dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan. Mereka mampu menerapkan upaya yang tepat untuk memelihara, memulihkan, atau meningkatkan kesehatan ekosistem lingkungan (Hernndez, R.V, Alcntara, L, Limn, D., 2017). Lebih lanjut, individu dengan literasi lingkungan yang baik mampu menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat dan alam, yang pada gilirannya dapat menjadi sumber pengetahuan dan keyakinan. Literasi lingkungan juga memupuk keterlibatan anak-anak untuk melakukan tindakan yang berpihak pada lingkungan saat berinteraksi dengan alam (Yuniarti, dkk., 2020).
Ada empat aspek utama dalam literasi lingkungan, yaitu pengetahuan, keterampilan, perasaan, dan tingkah laku (Hernndez, R.V, Alcntara, L, Limn, D., 2017). Pengetahuan lingkungan mencakup pemahaman tentang nilai dan konsep yang berkaitan dengan lingkungan. Aspek keterampilan berhubungan dengan kemampuan menyelidiki dan menganalisis masalah lingkungan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menentukan tindakan yang diperlukan. Aspek perasaan meliputi keingintahuan, sensitivitas, etika dan moralitas, rasa tanggung jawab, dan motivasi. Sementara aspek tingkah laku mencakup tindakan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, seperti mengelola alam, mendorong orang lain untuk menjaga lingkungan, dan menjadi konsumen yang peduli terhadap lingkungan.
Berdasarkan penjelasan di atas, pengelola Taman Baca Masyarakat di Kampung Cikauripan yang salah satunya adalah Mahasiswa UNISAL, Bandung mulai tergerak untuk membangun kesadaran anak-anak di Desa Cikahuripan tentang Lingkungan dengan membuat program kesadaran lingkungan melalui kegiatan membaca dan bermain. Tujuannya adalah agar anak-anak yang merupakan generasi emas Indonesia di Kampung Cikahuripan memahami pentingnya menjaga lingkungan, sehingga membentuk karakter cinta lingkungan sekaligus meningkatkan minat baca di masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan TBM Kampung Cikahuripan meliputi beberapa kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Diantaranya adalah membentuk kelompok membaca yang dilakukan untuk mendekatkan buku sebagai sumber pengetahuan kepada anak-anak. Hal ini dilakukan agar anak-anak mengetahui bahaya sampah dari buku-buku. Disamping itu, kegiatan ini ingin menciptakan kecintaan pula pada membaca. Selain membaca, pengelola TBM juga membuat permainan edukatif yang berhubungan dengan lingkungan, seperti permainan tentang pengenalan daur ulang, permainan mengenali jenis-jenis sampah, yang disajikan melalui games dan permainan sederhana yang menarik bagi anak-anak. Kegiatan lainnya adalah pengolahan sampah non organik/daur ulang. Pada kegiatan ini anak-anak di Desa Cikahuripan diajak membuat kerajinan tangan dari sampah non-organik. Kegiatan ini dimulai dari pemilahan sampah, penentuan kerajinan yang akan dibuat, pengolahan (pencucian, pengeringan, dan perapihan) sampah, hingga pembuatan.
Awalnya, sebagian besar anak mengira daur ulang hanya sebatas mengumpulkan barang bekas tanpa tujuan jelas, namun setelah kegiatan ini mereka memahami bahwa daur ulang adalah proses mengubah barang bekas menjadi produk baru yang dapat digunakan kembali. Sikap anak-anak di Desa Cikahuripan terhadap menjaga kebersihan lingkungan juga mengalami perubahan yang positif. Sebagian besar anak mengungkapkan bahwa mereka sekarang lebih peduli untuk selalu membuang sampah pada tempatnya dan menghindari perilaku membuang sampah sembarangan. Ini menunjukkan adanya kesadaran yang terbangun tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sejak dini.
Perilaku praktis juga ditunjukkan oleh sebagian besar anak yang menyatakan bahwa mereka sekarang lebih aktif dalam menghemat penggunaan air, baik saat mandi maupun mencuci tangan. Mereka mengatakan, cara menghemat air mereka lakukan dengan mengurangi durasi penggunaan air dan tidak lupa mematikan keran setelah selesai digunakan. Mereka juga mulai melakukan pemilahan sampah di rumah, memisahkan antara sampah organik dan anorganik untuk mendukung kegiatan daur ulang. Perubahan ini mendukung hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang pentingnya pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam kegiatan menyenangkan seperti membaca dan bermain untuk menciptakan generasi yang lebih peduli terhadap pelestarian lingkungan (Fatoni, 2023 dan Riyanto, 2020).