Lihat ke Halaman Asli

Nurohmat

Pembelajar

Non Scholae, Sed Vitae Discimus

Diperbarui: 16 Maret 2021   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini saya diminta oleh pengurus Cabang PGRI Kec. Pabedilan Kab. Cirebon untuk menjadi pemateri sosialisasi seleksi guru PPPK 2021. 

Tentu saja yang menjadi sasaran peserta adalah guru tidak tetap dan  guru honorer sekolah yang tengah berjuang memperbaiki nasib mereka. Saya pribadi pernah merasakan  menjadi guru honorer di beberapa sekolah dan salah satu  perguruan tinggi di Cirebon. 

Jika dihitung-hitung, pada waktu itu, sekira tahun 2008 bayaran mengajar di empat sekolah dan satu  perguruan tinggi masih saja kalah dengan gaji pokok PNS golongan III a yang baru diangkat.

Saya ingat betul, pada saat itu pada tahun 2008, akumulasi penghasilan saya dari hasil mengajar di beberapa lokasi kurang lebih Rp.1,1juta sedangkan pada tahun yang sama gaji pokok PNS golongan III a dengan masa kerja 0 tahun sekira Rp. 1,3jutaan. Selama menjadi guru honorer, istilah BP7 melekat dengan diri saya, Berangkat Paling Pagi Pulang Paling Petang Penghasilan Pas-pasan ( BP7).

Beruntungnya pada tahun yang sama, tepatnya di penghujung tahun 2008 saya diterima CPNS di dua instansi yang berbeda, tepatnya di Kemenag Provinsi Jawa Barat dan di Dinas Pendidikan Kab. Cirebon, kebetulan pada saat itu penerimaan CPNS belum dikelola secara terpusat dan tidak serentak, dan belum menggunakan sistem komputerisasi. 

Pada saat itu, peserta tes CPNS bisa mengikuti seleksi di beberapa instansi asalkan pelaksanaan tesnya tidak bersamaan. Akibatnya, ada saja peserta yang lulus seleksi CPNS di beberapa instansi yang berbeda. Tentu mereka harus memilih salah satu diantaranya.

Sepengetahuan saya, saya adalah orang yang biasa-biasa saja, tidak memiliki  keistimewaan terhadap bidang yang saya geluti. 

Namun, ada filosofi yang saya pegang erat-erat hingga hari ini, yakni saya tidak pernah putus asa untuk terus belajar, belajar bukan untuk bersekolah tapi untuk kehidupan yang kita hadapi, baik saat ini maupun masa depan. 

Non scholae, sed vitae discmus, begitulah kira-kira pepatah Latin menyebutkan.

Belajar bukan sekedar untuk lulus ini dan itu. Lebih dari itu kita harus belajar semampu yang kita bisa untuk meraih kehidupan yang lebih baik, tidak hanya untuk diri sendiri melainkan juga untuk orang lain, terutama untuk orang-orang terdekat kita. Untuk belajar butuh ketekunan. Ketekunan adalah jalan menuju kemenangan sebagaimana pepatah mengatakan, amat victoria curam.

Semua guru honorer berhak untuk memperbaiki nasib. Lulus seleksi PPPK  adalah salah satu peluang bagi mereka untuk memperbaiki nasib. Selamat berjuang untuk seluruh calon peserta PPPK.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline