Lihat ke Halaman Asli

Nurohmat

Pembelajar

Senandika Pagi: Persoalan Etis

Diperbarui: 26 September 2020   08:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Nurohmat

Pagi ini,  selepas bermunajat dan menyendiri berharap belas kasih Tuhan,  pikiran saya menggeliat, demikian pula dengan batin saya, dialog rutin setiap pagi antara diri saya dengan diri saya yang lain terus berkembang dan semakin seru. Ya, setiap hari saya merasa keasyikan bersenandika, suatu aktivitas bercakap-cakap dengan diri sendiri. Dimana itu? kadang di atas hamparan sajadah, di ruang tamu, bahkan di kamar mandi atau toilet.

Pagi ini saya bersenandika di ruang tamu, tema pembicaraannya adalah soal etika. Pembicaraan dengan diri sendiri itu diawali oleh sebuah ajuan pertanyaan  "mengapa kita harus bertindak etis dan sedapat mungkin meredam diri untuk mengejar kepentingan pribadi?"
Pertanyaan tersebut seperti pelumas yang memudahkan gerak pikir dan gerak batin. Tetiba diri saya yang lain menanggapinya cukup serius.

Apa tanggapannya? Menurut diri saya yang lain, mengejar kepentingan pribadi tanpa henti dan tanpa etika  akan menimbulkan mala petaka. Awal malapetaka bermula ketika dirimu menjadi inspirasi keburukan bagi orang lain dan berupaya memanipulasi situasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi tanpa memperhatikan dampak  tindakan bagi orang banyak yang lambat laun menimbulkan " tragedy of the commons", kehancuran bersama.

Dalam sebuah buku Essential of Contemporary Management (2017), sumber  etika yang dianut oleh sebuah organisasi bersumber dari etika sosial yang dianut, etika masing-masing individu, dan  etika profesi. Praktik organisasi yang abai terhadap  ethical behaviour memiliki konsekuensi terhadap merosotnya efisiensi dan efektivitas kinerja organisasi serta merosotnya mutu dan etos  organisasi.

Untuk itu, tidaklah heran jika belasan abad yang lalu,  Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan kepada umatnya  bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan persoalan etis seluruh manusia.  Jadi, persoalan etis merupakan persoalan serius yang harus    'dibereskan' secara etis juga.

Unethical behaviour adalah biang kerok kerusakan, kemunduran, dan kemelaratan individu, kelompok, organisasi, perusahaan, rumah tangga, sekolah, masyarakat, bangsa, dan negara. Ingat,  persoalan etis berdampak juga terhadap persoalan etos seperti  etika diri, etika jabatan, etika kerja, dan sebagainya.

Jadi, mudah saja untuk melihat sesuatu itu alamat hancur atau maju. Lihat saja, apakah di dalamnya tumbuh sumbur perilaku etis atau malah unethical behaviour?

Sebagai pribadi coba telaah dalam-dalam, jangan-jangan kita telah memberikan kontribusi terhadap unethical behaviour sehingga turut merusak diri kita, rumah tangga kita, tempat kerja kita, dan masyarakat serta bangsa kita.

Cirebon, 26 September 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline