Lihat ke Halaman Asli

Terima Kasih :)

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terimakasih Allah, karena telah menunjukkan siapa dia yang sebenarnya..

Baru semalam aku memikirkan apa itu perasaan, apa itu ikhlas, apa itu rasa kasih, dan perasaan apa tepatnya yang dia munculkan di hatiku, lalu perasaan apa yang kumunculkan untuknya. Baru pagi tadi aku menyusun rangkaian teori kuali rasa. Aku menganggap perasaan itu seperti cairan, dan hati adalah kuali. Ukuran kualinya berbeda-beda setiap orang. Dan semua perasaan dalam hati itu seperti cairan dalam kuali. Ketika kita marah, kuali itu akan menggelegak, gelembung amarah muncul di sana. Dan ketika kita merasa bahagia, ada letupan-letupan berwarna cerah dari cairan rasa yang memotivasi diri untuk merilekskan seluruh syaraf, dan melukis senyuman di wajah, semua terasa sempurna, sampai ketika kamu merasa sedih, cairan itu mengkeruh, kuali itu seperti berkarat, dan cairan dalam kuali menjadi asam, oksidasi pada kuali semakin menjadi-jadi, bau besi dimana-mana, dan kamu ngga tau gimana caranya menghentikan oksidasi pada karat ataupun penetralan asam pada cairan itu. Kita ngga tau, apa yang harus kita lakukan. Disinilah bukti kita sebagai makhluk sosial. Kamu selalu membutuhkan seseorang yang mampu menompangmu, satu saja cukup. Asalkan ada seorang saja yang mampu tersenyum padamu, menggenggam jemarimu erat, dan berbisik, “Kamu kuat, kamu pasti kuat, aku disini melihatmu, menompangmu jika kamu ingin, mendorongmu jika kamu butuh, aku masih disini bersamamu”, ya, Allah selalu tahu dimana batas kemampuan kita, dan Allah juga tahu apa yang kita butuhkan, karena itu ia menciptakan seorang yang bernama sahabat.



Setidaknya saat aku merasa rapuh tadi, ada yang menemaniku. Ada yang berkata, “Udah, din, jangan nangis lagi..”, walaupun lebih banyak diam, yaah, mereka bisa apalagi? Selain merelakan tisu nya berkurang, mereka kan ngga bisa sok-sok-an berkata, “aku ngerti yang kamu rasakan”, atau “aku paham perasaan itu”, karena mereka bukan aku. Aku menghargai keputusan mereka untuk diam, yang kubutuhkan tadi itu hanya menangis sepuasnya. Proses penyembuhan adalah waktu untuk mengikhlaskan. Dan perawatannya adalah mendekatkan diri pada Allah. Tapi sekarang aku lagi halangan L aku Cuma bisa nulis disini, menonton semua film yang disedekahkan oleh Julian, menghabisi zombie di game plant vs tycoon-ku, mendengarkan semua lagu korea yang menghentak, dan bermain dengan adik-adikku yang masih memiliki pipi tembem. Tapi semua itu cukup lho. Jam dua belas tadi mataku meraaaaah sekali. Hidungku meraaaaah sekali. Jelek, kacau, semrawut. Sampai supir angkot di depanku berkali-kali melirikku lewat spion, mungkin ia khawatir salah satu penumpangnya berniat bunuh diri. Hehehehe. Tapi sekaraaaaaaang, aku akan berkata pada duniaaaaaa I’M ALRIGHT!! I’LL SURVIVE!! Yeeeeeeeeeeeey! Buka pintu yang menutupi kebahagiaan darimu! Kamu hanya perlu mencoba membukanya, itu saja.



Di balik semua peristiwa selalu ada hikmahnya. Dibalik benteng dusta, selalu ada celah kebenaran. Dibalik semua kegelapan, akan ada matahari yang bersinar. Semua hanya menunggu waktu, yang kedatangannya pasti, walaupun mungkin kamu ngga akan tau sampai saat itu benar-benar terjadi.

Aku selalu mencoba untuk tidak menyesali luka apapun yang menyakitiku. Yang kusesali adalah luka-luka yang kugoreskan. Manusia itu terkadang menyerupai mawar yang berduri. Manusia itu terlihat cantik, seperti mawar, dan keelokkannya itu mengundang seorang atau beberapa orang yang ingin menyapanya, memberikan sentuhan lembut pada kelopaknya, atau mungkin hanya sekedar ingin berada disisinya. Namun manusia dengan banyak duri itu tidak sadar pada duri-duri invisible mereka. Mereka bisa saja menyakiti beberapa orang di sekitar mereka tanpa ampun. Aku takut. Aku takut terlalu banyak orang yang terkena duriku. Aku takut mereka akan menyerangku balik. Aku bahkan tidak tahu aku ini apa. Apa aku harus memeriksa semua pohon untuk menemukan jalan masuk ke Wonderland seperti alice yang dapat menemukan ‘apa yang ingin ia lakukan sebagai dirinya sendiri’ setelah masuk ke lubang di bawah pohon??



Tapi, namaku bukan Alice. Aku bukan Alice.

Aku harus menemukan sendiri jalanku. Oh, how will I find my way?

Tapi jalan semua manusia itu sudah ditentukan. Al Qur’an kan petunjuk jalannya.



Daaaan kesimpulan untuk peristiwa hari ini adalaaaaaaah he didn’t fall ini love with me, he did’nt someone for me. Dan aku akan bertahan, dengan atau tanpa dia. Hmm tapi aku belum pernah ngobrol panjang juga sih sama orang itu, jadi belum bisa di bilang punya hubungan. Yaaah whatever, I don’t care.

Terimakasih Allah, terimakasih my bestfriend.. Wuu, u-nee, D, dan Em! Terimakasih karena ada saat aku butuh kalian hari ini :*

Ps: Julian, makasih filmnya, aku sangat tertolong J

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline