Lihat ke Halaman Asli

Dalam Diari

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mungkin Pemuja Rahasia-nya Seila On Seven adalah gambaran terdekat dalam kisah cinta Dilla saat ini. Sudah satu tahun ini Dilla memendam rasa pada Rendra. Semua rasa yang ia pendam meluncur deras melalui pena – penanya dan merangkai puisi – puisi yang sudah tak terhitung jumlahnya. Dan tidak cukup dengan itu semua, Dilla memiliki teman yang takkan membocorkan rahasia terdalamnya, takkan mengkhianatinya selamanya, dan padanyalah Dilla selama ini bercerita. Dia adalah sebuah buku berwarna coklat dengan sketsa bangunan kuno pada covernya.

Selasa, 16 Juni 2011

Emang kemarin hujan, yah ? kok, Rendra pake seragam putih – abu ? Inikan jadwalnya Pramuka.. Apa dia sengaja ? sengaja untuk terlihat oleh.. oleh siapa ? Aku ingin bertanya, tapi aku takut, aku malu. Emang siapa aku ini ? Harus tau diri. Pulang sekolah tadi aku dan Tian pergi ke Pusat Toko, lewat rumah Rendra. Aku lihat Rendra ! Rendra pakai jaket putihnya, bersama ayahnya akan pergi dengan motor. Helm ayahnya berwarna merah, jadi aku tahu jika mereka menyalip angkot kami. Memang benar Rendra, dia menyalip angkot kami cepat sekali. Dia mau kemana ? aku menggila, mencoba mencari sosok Rendra di keramaian Pusat Toko, namun tak-ku temukan..

Dilla meletakkan bolpoinnya di samping diari yang baru saja ia isi lagi dengan nama ‘Rendra’ di dalamnya.

“ Hffuuh.. “, Dilla menghela nafasnya, “ Kapan aku bisa bilang ke Rendra kalau aku sayang dia ? “, Dilla lalu melanjutkan, “ ngga ! ngga mungkin aku bisa bilang ke dia ! AKU ITU CEWEK !! jadi, bukan aku yang bilang, tapi dia ! Eh, emang dia suka aku ? Huwaa.. hiks, gimana dong.. ? ”, Dilla berceloteh seorang diri. Apa semua orang yang jatuh cinta menjadi sedikit sinting seperti Dilla ? Kalau bimbang seperti itu pasti Dilla akan tidur. Dengan tidur ia bisa melupakan segala pertanyaan bodoh itu sesaat.

Esoknya, di sekolah yang sudah sepi, Dilla duduk menulis di mejanya. Ia menunggu Tian yang mengikuti pertemuan Ketua Kelas. Sebuah puisi terangkai dalam diari yang sedari tadi ditulisinya.

Mencintaimu..

adalah kesalahan yang indah

yang libatkan aku dan timbulkan luka

Mencintaimu..

adalah hal termudah untukku

karena setiap detik yang kurasa

adalah cinta karenamu

Mencintaimu..

bukanlah hal yang kumau

yang kumau adalah kau cintaiku

Mencintaimu..

dengan sederhana

dengan tulus dan halus

dengan kesadaranku

bahwa memilikimu hanyalah menjadi mimpiku

to : Rendra H., I LOVE YOU

mungkin ngga mimpiku itu menjadi kenyataan ? Apa Dream comes true itu berlaku juga untukku ?

Tanpa sengaja Dilla meninggalkan bukunya tergeletak terbuka di mejanya ketika ia keluar untuk shalat Dzuhur di mesjid sekolahnya. Dilla baru kembali lima belas menit kemudian. Ia berjalan sedikit cepat karena ingat ia meninggalkan diarinya begitu saja di atas meja.

“ Ya Allah.. semoga ngga ada yang baca.. amiin ! “, Ia berdo’a seraya melebarkan setiap langkahnya. Langkah panjang Dilla terhenti di ambang pintu kelasnya begitu menyadari do’anya tidak terkabul. Seseorang telah menduduki kursinya dan membaca diari miliknya. Seorang dari sejuta umat manusia dan dia yang menduduki kursinya!.

Ada banyak orang di sini, kenapa harus dia yang membacanya ? Dilla membatin.

Rendra mendongak, menyadari kedatangan Dilla. Ia berdiri dengan diari Dilla di tangannya. Ia menatap nama yang tertera pada halaman awal buku.

Dilla terdiam membeku.

God, God.. aku kabur aja atau masuk dan minta diariku ? tapi emangnya aku sanggup masuk ke dalam ? OMG.. what must I do ??

“ Maaf, itu buku milikku “, dengan tubuh lemas Dilla menghampiri Rendra. Suaranya lirih dan pasrah. Namun ia tetap mencoba merebut diarinya dari Rendra, walaupun tentu saja Rendra berkelit dan menjauhkan buku itu dari jangkauan Dilla. Dan sekalipun Dilla sudah berusaha dengan meloncat, memanjat lengan Rendra dan naik ke kursi, semua itu hanya menyebabkan Rendra semakin jauh.

“ Er.. lo.. Dilla Setiana? “, Rendra membaca halaman awal buku. Dilla diam mematung. Ancur deh reputasiku. Nggak heran besok dia akan bilang ke semua orang kalau si nerd Dilla Setiana cinta mati sama dia .

“ La, puisi lo bagus juga.. apalagi yang di halaman terakhir ini nih.. yang tanggal 16 juni, eh hari ini ! “, cerocos Rendra tanpa peduli pada respon yang di berikan Dilla, “ Mungkin lo bisa kirim ni puisi ke mading, biar banyak yang baca “.

God! Pliz, deh, kamu mau semua orang tau kalau aku suka kamu??!

“ Maaf.. Tolong – kembalikan – buku – saya – sekarang ! “, Dilla menekan setiap suku kata yang ia ucapkan. Beruntung kali ini Rendra berhenti berkelit dan memandang Dilla. Langsung pada matanya. Dilla mengalihkan pandangan. Wajahnya terasa panas. My God.. kenapa juga aku harus deg – degan sekarang ? Kenapa harus gugup ? dan kenapa suaraku harus BERGETAR seperti orang yang sesaat lagi air matanya akan tumpaaaah ??.

“ Gue pinjem buku lo”, Kata Rendra dan berlalu.

“ Eh, Rendra tunggu ! kamu ngga boleh baca buku aku lebih dari itu !! RENDRAA !! “, Dilla berteriak dan berlari mengejar Rendra keluar kelas. Ia menghentikan langkahnya saat ia mendapati Rendra berdiri tak jauh dari pintu. Dilla mendekatinya.

“ Kamu ngga aku izinkan mem.. “

“ Lo tau dari mana nama gue Rendra ? “, Rendra memotong kalimat Dilla.

“ Er.. “, Dilla kembali terdiam tak tahu harus jawab apa. Masa sih aku harus bilang kalau aku menyelidiki profil kamu ? Masa aku harus ngaku kalau aku suka kamu ? Ntar aku jadi ngungkapin perasaan aku dong ? Masa aku duluan yang ngungkapin ? Aku kan CEWEK !! nggak akan rela aku bilang suka ke cowok duluan. Apapun alasannya. Nggak akan pernah.

“ Kalau begitu buku ini aku pinjam “, Rendra kali ini tidak menoleh apalagi berhenti. Diari Dilla di bawanya pergi. Dilla mematung. Dilla bego. Kalau kayak gini sama aja, dia bakalan tau kalau kamu suka dia ! Dilla Boddoooh…..!!! Argh, aku ngga mau sekolah besookk !!.

Paginya Dilla menemukan diarinya sudah berada di laci mejanya. Ia segera memasukkannya ke dalam tas. Dan berusaha menghindari keharusan keluar kelas. Semakin sempit kemungkinan Dilla bertemu Rendra jika ia tidak kemana – mana.

Dilla membuka diarinya halaman perhalaman. Ia baru sadar, betapa hanya nama Rendra yang ada. Astaga.. jadi Rendra baca semua ini ? Nggak heran kalau Rendra ilfil tingkat menengah atas kelas sepuluh padaku. Dia pasti jijik melihat cewek sepertiku. Sudahlah.. aku ini memang tidak pantas untuk Rendra, dia tampan, tenar, dan banyak cewek lain yang pastinya lebih pantas untuknya. Jelas bukan aku. . Lalu ia mengambil bolpoinnya, dan bersiap menulis pada halaman di balik halaman yang terakhir ia tuliskan lalu terdiam. Ada tulisan lain di atasnya. Bukan tulisan dirinya. Di sana tertulis :

Mungkin yang kau tahu

aku tak mengenalmu

Mungkin yang kau rasa

aku tak cintaimu

Mungkin yang kau pikir

kau tak pantas untukku

Mungkin yang kau bayangkan

aku tak ingini mu

Mungkin kau salah.

Karena aku kan memohon padamu,

“ Maukah kau menulis lebih banyak kalimat indah, tentang diriku ?

Karena aku tak mampu menulis kalimat indah, sepertimu, karna bagiku kamu lah seluruh keindahan itu"

Rendra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline