Lihat ke Halaman Asli

Sel Istimewa Itu Ada Dalam Darahmu!

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Seperti yang sudah kita ketahui, pada era saat ini, bermacam-macam penyakit degeneratif yang cenderung berbahaya mulai bermunculan. Penyakit-penyakit tersebut dapat menyerang organ-organ tubuh dan menyebabkan kerusakan sehingga dibutuhkan suatu pengobatan tertentu. Contohnya saja penyakit degeneratif yang terkait dengan kelainan darah seperti leukimia, limfoma, neuroblastoma, dan sarkoma. Pengobatan penyakit-penyakit ini dapat dilakukan dengan cara kemoterapi. Namun, untuk membasmi sel kanker tersebut sampai ke akar-akarnya dibutuhkan kemoterapi dosis tinggi. Pasalnya, hal tersebut pun dapat merusak sel-sel normal lainnya. Agar sel-sel yang rusak dapat diperbaiki maka dilakukanlah transplantasi. Salah satu cara transplantasi yang kini mulai dikembangkan adalah transplantasi dengan menggunakan stem sel atau sel punca. Sel punca merupakan sel yang belum berdiferensiasi sehingga memiliki potensi untuk “menjelma” menjadi berbagai macam sel. Sel punca dapat ditemukan di beberapa titik di dalam tubuh, salah satunya di bagian darah tepi. Seperti yang dikemukakan oleh Mohammadi, Mohammadinejad, dan Yavari pada tahun 2014 di dalam artikelnya yang berjudul “Human Peripheral Blood Derived Hematopoietic StemCell:History, The Isolation Methods, And Investigation ofDifferent Parameters Effects on Their Differentiation to The Body Cells, sel punca yang ada di bagian darah tepi (peripheral blood stem cell) dapat “menjelma” menjadi sel-sel darah lainnya seperti sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah.Kemampuan seperti itu dinamakan “acts of biological resurrection” atau “tindakan kebangkitan biologis”. Oleh karena hal tersebut, peripheral blood stem cell (PBSC) dapat menjadi modal utama dalam transplantasi autolog dan alogenik.

Sebelum dilakukan transplantasi sel punca dari bagian darah tepi, sel punca yang ada pada bagian darah tepi terlebih dahulu dikumpulkan dengan cara isolasi dan ekstraksi. Sel punca dapat diisolasi menggunakan dua cara, cara langsung dan cara tidak langsung. Keduanya memiliki tujuan yang sama yakni untuk mengkultur koloni EPC yang biasanya akan berkembang dalam waktu 1-2 minggu. Lalu, ada pun cara lainnya yakni dengan ekstraksi menggunakan metode apheresis, di mana pada metode ini sel punca dipisahkan dari sel-sel darah dan plasma darah menggunakan sebuah alat. Setelah sel punca didapatkan selanjutnya sel-sel darah dan plasma lainnya dikembalikan lagi ke dalam tubuh. Proses ini berlangsung cukup lama, dapat memakan waktu hampir satu hari karena ketersediaan sel punca di dalam sirkulasi darah tepi cenderung sedikit. Untuk merangsang produksi sel punca pada sirkulasi darah tepi maka digunakanlah injeksi sitokinin seperti rhG- CSF prior dan SDF-1.

Telah banyak bukti bahwa sel punca dari bagian darah tepi dapat digunakan untuk transplantasi seperti pada tahun 1981 di London dan Maryland, tahun 1986 di Jerman pada pasien limfoma, dan pada tahun 1986-1987 laporan keberhasilan transplantasi PBSC didokumentasikan di University of Nebrask Medical Center, di RS. Haut Leveque di Bordeaux Prancis, dan di RS. Royal Adelaide Australia.Adapun kelebihan dari penggunaan sel punca dari bagian darah tepi adalah darah yang digunakan relatif sedikit yakni hanya 100 cc, proses yang tergolong cepat, dan tidak menimbulkan rasa sakit.

oleh: Dhea Paramytha, Nurfitryani, Nurmala Dewi, Ria Irianti, Suminah

Mahasiswi Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline