Lihat ke Halaman Asli

Nur Mala

Mahasiswa

Implementasi dan Revitalisasi Nilai dari Kearifan Lokal dalam Folklor Masyarakat Melayu Kepulauan Riau

Diperbarui: 18 Juni 2022   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ungkapan melayu dan gurindam dua belas merupakan salah satu bentuk folklor lisan
yang menjadi salah satu kearifan budaya melayu kepulauan riau. Ungkapan ini memiliki makna
yang sangat luas dan berguna bagi generasi ke generasi, begitupula dengan sastra melayu klasik
ini. 

Artinya, selagi ungkapan dan gurindam ini masih dituturkan dan selalu dipegang teguh dalam masyarakat, maka iapun tidak akan pudar. Meski era globalisasi telah menduduki negeri, budaya tetaplah dinomor satukan. Di sinilah peran kita untuk menjaganya agar tidak hilang dan habis di telan masa. 

Bagaimana caranya untuk mengimplementasikannya? 

Implementasi kearifanl okal merupakan sebuah cara untuk mmenerapkan bagaimana penenaman nilai yang terkandung dalam sebuah kearifan lokal itu dalam kehidupan kita.

Revitalisasi kearifan lokal merupakan sebuah perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai nilai dari kearifan lokal. Mengingat dan menimbang jika era globalisasi perlahan mengikis budaya yang ada dengan digantikan oleh budaya luar. 

Pentingnya untuk membangkitkan kembali kearifan lokal yang ternggelam ini sangat diperlukan guna menjaga keeksistensinya dalam peradaban indonesia, termasuklah kearifan lokal dalam folklor masyarakat melayu Kepulauan Riau ini. Dengan situasi sekarang, globalisasi semakin
menerjang, budaya melayu kian tertendang dan jangan sampai budaya ini akan terbuang. Maka
dari itu pentingnya revitalisasi maupun implementasi baik dikalangan manapun. 

Lantas bagaimana caranya?

Menurut Lubis dalam jurnal Tasnim, (2020:6-7) menemukan bahwa:

Model revitalisasi tradisi lisan melalui dokumentasi tradisi lisan secara digital dan pemberian mata pelajaran mulok dengan model pengajaran yang melibatkan kolaborasiantara guru dan sastrawan pelaku Nandong. Langkah awal adalah mendokumentasikan tradisi lisan dalam bentuk audio-video agar dapat dilihat secara audio-visual. Dokumentasi secara audio-video mendokumentasikan performansi tradisi lisan secarae kseluruhan. 

Dapat kita ambil kesimpulan, bahwasannya tradisi lisan(floklor) baik dalam implementasi maupun revitalisasinya saling berhubungan antara satu sama lain. 

Adapun cara yang dapat diambil sebagai upaya untuk mengimplementasi dan revitalisasi nilai kearifan lokal dalam folklor budaya masyarakat melayu kepulauan riau, terutama bagi ungkapan-ungkapan melayu dan gurindam dua belas yaitu: 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline