Wadai wadai,,, wadai wadai,,, pais pisang, untuk basanga, untuk bajarang, sunduk lawang, pisang guring, gagaduh pisang, gaguduh tiwadak, pundut nasi, pundut pisang dst.
Kata pengantar diatas mengingatkan kembali ke masa kecil ditahun 80 an di desa Nagara HSS, biasa setiap bangun tidur tanpa perlu gosok gigi dan cuci muka langsung menuju ke teras rumah, menunggu penjual wadai yang lewat biasanya dijajakan oleh utuh utuh (laki laki berusia sekitar 10 sd 15 tahun). Wadai wadai tersebut dibawa di atas kepala pakai nyiru, sambil teriak manjajakan jualannya dengan kata pengantar di atas, berjalan kaki dibebatuan tanpa aspal, kadang tanpa alas kaki. Makanya tidak heran kalau perantauan dari Nagara HSS banyak yang merantau dan sukses.
Ada kisah lucu dari paman ku sendiri yang biasa kami panggil Nang H.alfi, sewaktu dia kecil pernah juga ikut jualan wadai. Kata dia, mana bawaanya diatas kepala berat, jalannya jauh, perut lapar dari subuh belum diisi makanan, jatah wadai nya buat dia sudah habis, perut masih lapar, akhirnya dimakan lah wadai jualannya, jadi bukan habis karena dijual tetapi habis dimakan sendiri.
Membuat wadai gaguduh pisang, bisa pakai pisang apa saja boleh pisang uli, pisang mas, pisang raja, pisang kepok dll, bisa juga pakai tiwadak matang kalau lagi musim. Adapun resepnya nya sbb :
10 biji Pisang dipotong kecil kecil
10 sdm Tepung terigu
1 sdm Gula Pasir
Garam & air kapur sirih sedikit.
Semua bahan dijadikan satu, lalu digoreng diminyak panas, sangat mudah kan membuatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H