Lihat ke Halaman Asli

Mayat Berjalan Tuntut Keadilan

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda senang berjalan-jalan bukan ? Setiap orang pasti senang berjalan-jalan santai untuk melepasakan segala penat atau beban yang ada dikepala. Apalagi berjalan berkeliling suatu kota bersama dengan keluarga, teman-teman terdekat, relasi atau pacar kalian. Kegiatan ini pasti sangat disukai banyak kalangan, dari anak kecil hingga orang dewasa.

Saat membaca judul di atas, anda pasti mengira seorang mayat berjalan dari kuburannya menghampiri si pembunuh dan menuntut balasan atas apa yang telah dilakukan terhadapnya ? hahaha… ini tidak seperti sinetron atau layar lebar seperti biasa yang anda tonton. Sang mayat atau korban pembunuhan ini diarak dari rumah sakit oleh keluarga beserta masyarakat dari sukunya menuju ke kantor polisi. Mungkin di daerah lain hal ini tidak biasa dilakukan atau bahkan sangat mustahil untuk dilakukan. Tapi untuk di Papua khususnya kota Sorong, hal ini telah sering kali dilakukan oleh masyarakat dari sang korban.

Pada saat sang korban ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, maka keluarga yang jelas tidak terima akan kematian si korban yang tidak wajar, dengan sigap akan menggunakan telepon genggam mereka dengan sangat cepat. Mereka akan memanggil teman-teman mereka, kemudian teman-temannya akan memanggil temannya yang lain, begitu selanjutnya hingga mereka mendapatkan masa yang cukup banyak. Ditambah lagi dengan wajah mereka yang cukup “sangar” dan suara mereka yang terdengar kasar. Jangankan sedang marah, saat berbicara seperti biasa pun, suara mereka terdengar sedikit menakutkan

Peristiwa yang bisa dibilang langka ini terjadi pada hari Selasa, 29 Oktober 2013, saat tiga orang warga Sorong, Provinsi Papua Barat, dianiaya oleh orang yang tak dikenal (OTK). Akibat penganiayaan itu, Edison Mubalis  (52) tewas dan dua korban lainnya, Abraham Warijo (37) dan Yeheskiel Mobilala (34) mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Kota Sorong.

Melalui wawancara yang dilakukan, saksi mengatakan, peristiwa terjadi di Jalan Arteri Sorong Malanu, Kampung RT 02/RW 9, kira-kira pukul 11.00 waktu setempat. Waktu itu ketiga korban tengah duduk-duk ditempat kejadian, kemudian pelaku sekitar kurang lebih enam orang datang dan menganiaya para korban dengan senjata tajam. Lalu saat anggota polisi mendatangi tempat kejadian karena mendapatkan laporan dari seorang saksi, para pelaku telah berhasil melarikan diri terlebih dahulu.

Selanjutnya, ketiga korban dibawa ke RS Pertamina untuk mendapatkan perawatan. Tetapi, Edison Mubalus (52) tidak dapat tertolong akibat tusukan di perut sebelah kirinya. Akibat kejadian ini, para keluarga dan masyarakat yang notabenenya mempunyai suku yang sama dengan sang korban menjadi marah. Mereka kemudian memblokir jalan utama kota Sorong yaitu Jalan Ahmad Yani, tidak lupa pula seperti kebanyakan demo lainnya mereka juga membakar beberapa ban bekas di tengah jalan. Mereka juga membawa sang “Artis” dari rumah sakit umum dan mengaraknya sampai didepan kantor polresta kota sorong. Tentu saja kejadian ini sempat membuat warga setempat merasa ketakutan dan keadaan menjadi tegang, alih-alih arakan mayat ini menjadi kegiatan anarkis yang membuat keluarga dan masyarakatnya mengamuk sepanjang perjalanan. Setelah menyampaikan aspirasi mereka, mayat lalu dibawa pulang oleh keluarga ke rumah duka.

Arak-arakan seperti itu bukan hanya tejadi baru-baru ini. Peristiwa arak-arakan ini pernah terjadi saat ditemukannya korban pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang supir taksi terhadap dua orang anak kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Korban yang dilarikan kerumah sakit menghembuskan nafas terakhirnya setelah 1 hari mendapatkan perawatan.

Dan juga pernah terjadi pada tahun 2008, tewasnya korban luka tembak, Yunus Kirema dalam insiden di Km 10 yang membuat Polresta Sorong memberlakukan status siaga satu. Peningkatanpengamanan ini ditandai dengan ditempatkannya anggota Polresta yang diback up Brimob Dentasemen C Polda Papua di beberapa tempat yang dianggap rawan.

Kabar meninggalnya salah satu korban dalam insiden di Km 10 begitu cepat menyebar di tengah masyarakat. Meski secara umum aktifitas waktu berjalan normal, namun di sepanjang jalan utama Km 10 masih ada beberapa toko yang tutup karena takut menjadi pelampiasan massa yang mengamuk.

Sebenarnya kegiatan ini mereka lakukan dengan tujuan untuk mencari keadilan agar pihak yang berwajib dapat menangkap sang pelaku dan menghukumnya sesuai dengan apa yang telah dilakukannya. Tapi jika dipikir lagi, seharusnya mereka bisa lebih bersabar menunggu penyelidikan dari pihak berwajib. Sangat tidak mungkin jika malam terjadi pembunuhan dan siangnya mereka telah menemukan si pelaku. Mereka harus melakukan begitu banyak penyelidikan, mengumpulkan barang bukti yang berkaitan dengan pembunuhan untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Seharusnya masyarakat atau keluarga dari si Korban tidak perlu melakukan arak-arakan untuk menuntut keadilan dari pihak berwajib, karena tanpa diminta pun pihak kepolisian pasti akan melakukan tugas mereka dengan baik dan itu butuh proses. Jika masyarakat melakukan arak-arakan mayat dan kemudian memblokir jalan, itu hanya akan membuat warga sekitar takut untuk melakukan aktivitas diluar rumah dan akan membuat jalanan menjadi macet. Bukan keadilan yang didapat justru keresahan warga.

Nurlin Rahmawaty, lahir di Gorontalo 15 Juni 1992. Merupakan anak ke tiga dari pasangan Asna Ayub (Alm.) dan Hasan Lamusu Cewek yang bersusah payah untuk menulis artikel ini sedang menempuh Pendidikan Strata Satu-nya di Universitas Muhammadiyah Sorong (UMS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Study Bahasa Inggris.

Pernah aktif di Organisasi Senat dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), aktif sebagai panitia dibeberapa kegiatan seminar kampus.

Cewek yang punya hobby Menyanyi dan gangguin teman-temanya ini pernah juga mencoba menulis beberapa cerpen sewaktu di sekolah menengah atas, tapi nggak pernah selesai-selesai jalan ceritanya dan bukunya udah dimakan rayap. Hehehe.. Punya sejuta mimpi dan berusaha untuk meraihnya.

Berhubung masih kurang pengetahuan dan pengalaman dalam bidang tulis menulis, mohon .masukan dari teman-teman semua. Bisa langsung ke alamat e-mail ajah Nurlinrahmawaty@yahoo.com atau akun twitter saya @Nurlin_Oneng :) Thanks Mbak Broo and Mas Broo..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline