Lihat ke Halaman Asli

Sadar Porsi dan Posisi

Diperbarui: 19 September 2023   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Somchai Sumnow from Pixabay

Bahagiaku atas hadirmu sepertinya belum begitu lama, namun rasanya hatiku harus patah saat ini juga. Terluka lagi entah untuk yang ke berapa kalinya. Sadarku memuncak. Yakinku goyah. Setelah ku tahu bahwa masih ada dia, sebelumku, yang bermain-main dengan rasamu. Bodohnya aku yang baru menyadari.

Ini bukan salahmu. Ini hanyalah karena pekaku yang terlampaui lambat memaknai. Cerita singkatmu tentangnya tak kuikuti dengan sepenuh hati, hingga membuat semua jadi kacau begini.

Lalu, aku bisa apa?

Seandainya saja ini lautan, aku akan berteriak sekencang-kencangnya. Mengadukan segala resah pada ombak, pada milyaran pasir yang berserakan, dan pada birunya air yang selalu saja terlihat indah. Namun, semua hanya sebatas ilusiku semata.

Andai saja ini gunung, aku akan berteriak sekuat-kuatnya. Mengadukan segala gundah pada pepohonan nan hijau dan pada alam yang masih saja bersahaja. Namun, semua tak mampu menuntaskan segala risauku yang kian menggebu.

Kusadari, di sini, tempatku bernaung hanyalah sepetak kamar kecil yang sepi, kosong tak bernyawa. Andai saja. Selalu saja begitu, aku hanya pandai berandai-andai. Aku hanya pandai membayangkan keindahan dan kebahagiaan menyapa dengan senyum indah yang kau urai. Namun, semua hanyalah imajinasi belaka. Hampa.

Kebahagiaan yang baru saja kurasa pun ternyata hanya fatamorgana. Kebahagiaan sesaat, penuh kesan, namun hanya sebait kisah semu yang harus segera aku lenyapkan dan kemudian patut dimusnahkan hingga tak bersisa secuil pun.

Andai memusnahkan itu mudah. Andai mengabaikan itu mudah.

Posisi ini menyulitkanku. Menyayangimu yang bukan hakku. Merinduimu yang bukan milikku. Rindu terlarang ini mengusikku. Menggerus kedamaian hatiku. Andai saja. Ah, andai saja rasa sayangmu itu seutuhnya untukku. Andai rindumu itu segalanya milikku. Bukan dibagi dengan wanita itu.

Pandai sekali aku berandai-andai. Aku seharusnya menyadari bahwa aku tak semestinya datang sebagai bayangan. Berlagak seperti hantu yang tak nyata merusak keutuhan kisahmu itu; sebuah romansa yang telah kau bina dengan sempurna.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline