Lihat ke Halaman Asli

Ella Yusuf

Tukang Kebun

[KC] Kisah Si Gadis Peron dan Pangeran Alien

Diperbarui: 2 Oktober 2015   10:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: freeimages.imagestocks.in"][/caption]

“Say you’ll remember me, standing in the nice dress staring at the sunset babe... Red lips and rosy cheeck, say you’ll see me again even it just in your wildest dream,” -Tylor Swift

Kau pernah tertarik pada orang asing yang kau temui sekilas ditempat umum? Well, banyak orang yang bilang bahwa jatuh cinta pada pandangan pertama itu menyenangkan karena membuat hari-hari selanjutnya jadi lebih berwarna, tapi sini biar kuberitahu kau… siapa pun orang yang bilang begitu padamu, mereka sedang berbohong.

Pada kenyataannya, jatuh cinta pada pandangan pertama adalah hal yang paling menyusahkan yang bisa terjadi dalam hidupmu. Terlebih lagi jika kau jatuh cinta pada orang yang kau lihat di gerbong kereta dan hanya punya kesempatan untuk menemui orang itu di tempat dan jam yang sama, seperti pada kasusku. Dan sialnya, setelah sebulan mengamati orang yang sama aku belum bisa tahu siapa namanya. 

Oh ya tentu. Di sana ia berdiri, tepat di ujung peron. Seperti hari-hari sebelumnya, si gadis peron terlihat anggun dalam balutan kaus polos dan jeans. Hanya bedanya, hari ini kulit pucatnya terlihat lebih bercahaya. Mungkin karena efek warna gelap pakaian ia kenakan sekarang. 

Aku akan menyapanya. Menyapa si gadis peron yang sudah membuat otakku jungkir balik tak karuan. Well, aku tahu ini konyol, mengajak kenalan orang di peron kereta... tetapi jika dengan menjadi konyol bisa membebaskanku dari perasaan cemas sialan ini maka aku akan dengan senang hati menjadi konyol, sekonyol-konyolnya.

Ia berjalan ke arahku, langkahnya terlihat gontai. Oke begini rencananya, aku  akan berjalan ke arah si gadis perondan berhenti tepat di tempat ia berhenti. Begitu kami cukup dekat, aku akan memandangnya, melemparkan senyum, dan mengajak kenalan. Baiklah, akan seperti itu! Aku akan menyapa perempuan itu dan menyelesaikan semua kegilaan hari ini.

Ia mendekat, dengan gesit tangannya mencari sesuatu di tas. Oh, karet rambut. Tentu saja, rambut hitamnya yang tebal akan cocok untuk dibuat buntalan. Bibir gadis peron juga lebih merah dari biasa. Omong-omong, bagaimana ia bisa punya kelopak mata selebar itu? Atau alis dan bulu mata seindah itu... 
Kami kian dekat. Aku harus menyapanya.

Euh... atau tidak. Kurasa aku tidak akan menyapanya hari ini. Ini ide buruk. Mana bisa orang asing melemparkan senyum ke orang yang ditemuinya di peron kereta? Dan mengajak mereka berkenalan? Bodoh, ini gila. Bahkan lebih gila dari ide lari bertelanjang kaki di parit Lembah Napu sana. Well, maksudku... akan lebih menyenangkan menghadapi cacing pipih daripada perempuan. Ya kan? Baiklah, sebaiknya aku segera menjauh. Harus enyah seka-

BRUKK!!

Seseorang menabrak gadis peronku hingga jatuh. Laki-laki. Ia mendorong dan merenggut tas tangan, setelah itu kabur ke arah depan. Semua terjadi sepersekian detik dan tanpa sadar kakiku melesat mengejar. Aku berlari sekuat tenaga. Lari seperti orang kesetanan. Ya, cukup kesetanan hingga lupa kalau seharusnya aku berhenti dulu untuk menolong si gadis peron yang masih terduduk di lantai. Tolol sekali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline