Lihat ke Halaman Asli

Aku Suka Dongeng = Aku Suka Membaca Buku

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Ada ironi dalam dongeng. Di satu sisi dongeng disampaikan kepada anak-anak sebagai ikhtiar mengenalkan bahwa yang mungkin itu ada. Namun, seiring berjalannya waktu, himpunan semesta bernama mungkin tadi semakin mengecil. Racun itu bernama realistis. Akibatnya, seiring bertambahnya usia, dongeng tak lagi dipandang sebagai ruang mungkin, tetapi kamar bual. Untuk inilah sastra lahir, agar kata mungkin terus ada, selamanya. -dalam majalah kebudayaan Katajiwa edisi, 7 April 2013

Membaca kutipan diatas entah kenapa, saya tiba-tiba ingin kembali mengenang masa-masa itu, masa saat saya selalu suka mengumpulkan buku-buku cerita hadiah dari susu dancow, masa-masa saat tokoh kancil mencuri ketimun, kisah-kisah para sahabat Nabi, ataupun kisah siti maryam menjadi salah satu dongeng-dongeng favorit saya menjelang tidur. Saat beberapa hari yang lalu menemukan sebuah artikel tentang manfaat dongeng bagi tumbuh kembang anak, saya jadi tertarik untuk menulis ini. Siapapun kita baik yang sudah menikah yang kini menjadi orang tua, dan siapapun yang kini masih single yang kelak akan menjadi calon ibu ataupun ayah dari anak-anaknya, rasanya perlu untuk tahu dan mengerti. Tanpa bisa dielak, saya adalah salah satu anak yang tumbuh dari hasil bagian dongeng-dongeng bapak dan si mbah saya dulu. Berdongeng adalah kegiatan rutin bahkan wajib yang selalu dilakukan bapak ataupun si mbah menjelang saya tidur. Namun kini berdongeng menjadi hal yang langka dan asing untuk ditemui dalam kehidupan keseharian anak-anak, saat mereka dirumah terutama. Faktor alasan dari terlalu sibuknya orang tua ataupun tontonan media televisi yang sebagian besar hanya menayangkan iklan tak berkualitas, sinetron yang semakin tak bermoral, acara talkshow, dan yang lebih parah mungkin acara lawak-lawak an yang menjadikan olok-olok an sebagai hal yang lucu.

Meskipun berdongeng merupakan salah satu kegiatan sederhana menjelang tidur, nyatanya dalam berbagai penelitian, berdongeng mempunyai banyak manfaat tanpa tersadari. Selain membantu perkembangan psikologis dan kecerdasan emosional anak. Menurut psikolog anak, Efnie Indria, berdongeng pada anak-anak usia 3-7 tahun dapat meningkatkan/merangsang keterampilan berbahasa pada anak, hal tersebut terjadi karena kemampuan awal yang dikuasai anak-anak adalah kemampuan verbal, sehingga otak kanan lebih berkembang dan keterampilan berbahasanya lebih terlatih. Selain itu stimulasi melalui dongeng akan mampu merangsang kepekaan anak terhadap situasi sosial mereka melalui mendengarkan cerita-cerita yang mendidik, sehingga anak-anak akan lebih mudah menyerap nilai-nilai positif dan berempati dengan orang lain. Dan yang paling menarik dari dongeng dapat meningkatkan minat baca pada anak-anak, karena berdongeng selain dilakukan menggunakan media verbal atau lisan, berdongeng terkadang sering dilakukan dengan menggunakan buku-buku yang penuh gambar dan susunan warna-warna yang menarik sehingga anak akan mudah tertarik.

Mungkin alasan ketiga diatas, bisa dijadikan penyebab kenapa masih terjadi fenomena 'pengangguran intelektual' di negara ini, rendahnya minat baca penduduknya, Indonesia menduduki urutan ke 29 dari 31 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika.

Sajidiman Surjohadiprojo (1995),  ketika menjabat sebagai duta besar Jepang mengatakan bahwa yang paling membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa Jepang adalah kemampuan adaptifnya, termasuk kemampuan membaca dan mempelajari budaya bangsa lain.   Tidak akan dijumpai orang Jepang melamun dan mengobrol di kereta api bawah tanah, kegiatan mereka kalau tidak tidur tentu membaca.

Anak-anak Indonesia terlalu sering dijejali hiburan yang tak bermutu, saat ini sangat sulit rasanya menemukan hiduran yang pas. Liburan sekolah, menjadi momok yang menakutkan tanpa tersadari. Dulu saat saya masih menginjak Sekolah Dasar hari libur menjadi hari yang menyenangkan, dimanjakan dengan berbagai dongeng-dongeng (yang mendidik) seharian. Namun saat ini jika kita lihat, semua acara telah di dominasi oleh lawakan-lawakan, berita-berita dan infotainment yang sifatnya #junk.

Berdongeng sama halnya menumbuhkan minat untuk membaca, untuk menjadi pintar kita butuh membaca, dan membaca adalah mecusuar yang dipancangkan di samudra waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline