Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Lebih Jauh tentang Pesantren Waria

Diperbarui: 13 Januari 2023   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pesantren waria yang  tepatnya berada di di Jl. Pondongan, Sayangan, Jagalan, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat pesantren yang unik bahkan jarang ditemui, yaitu pesantren Waria Al-Fatah.

Pesantren waria ini mungkin masih banyak yang belum mengetahui  tentang tempat ini. Dimana pesantren waria ini adalah sebuah pesantren yang santrinya seorang waria. Berbicara tentang cara mereka menjadi seorang waria ini bukanlah berawal dari sebuah pilihan namun ini sudah menjadi takdir mereka, walaupun mereka mengetahui bahwa memang kenyataanya nerakalah yang menanti mereka. Tapi mereka dengan keyakinan penuh menjalani kehidupannya sebagai seorang waria. Bahkan untuk beribadah sholat  bagi mereka tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan kewajiban sebagai muslim .

Pesantren yang didirikan pada tahun 2008 ini awalnya hanya dihuni oleh beberapa orang waria saja. Namun, seiring berjalannya waktu waria selalu bertambah hingga kini mencapai 62 orang. Para santri ini pun tak hanya berasal dari Yogyakarta saja, tetapi juga dari beberapa wilayah di Indonesia.

"Anggota Pesantren ini kini sudah 62 orang yang berasal dari beberapa daerah, seperti Sumatera Utara, Jambi, Jakarta, Makassar, Lombok, Kalimantan, tapi ya kebanyakan berasal dari Yogyakarta," jelasnya(15/12/2022).

Shinta Ratri, Pemimpin Pesantren Waria Al-Fatah mengaku, ia mendirikan Pesantren ini karena ingin memberikan tempat nyaman kepada para waria untuk beribadah.

"Saya hanya ingin memberikan ruang aman dan nyaman bagi waria yang ingin beribadah. Karena jika beribadah di tempat umum mereka sering mendapatkan diskriminasi," tuturnya(15/12/2022).

Kenyang akan sikap penolakan warga

Menurutnya, tidak ada perbedaan antara Pesantren Al Fatah dan pesantren lain pada umumnya. Dimana para santrinya belajar mengenai Agama Islam. Baginya, waria juga makhluk Tuhan yang berhak diperlakukan sama seperti warga lainnya, termasuk dalam hal beragama.

Shinta mengatakan sudah kenyang dengan hujatan dari masyarakat. Ia dicibir, dirudung, hingga sering mendapatkan perlakukan diskriminatif dari orang-orang sekitarnya.

Hanya saja, sebelum disediakan lembaga pesantren ini, para waria kesusahan mencari tempat jika hendak beribadah, karena tidak semua orang bisa menerima mereka. Jadi, Al Fatah ini mengakomodasi teman-teman yang ingin dekat dengan Tuhan.

Namun, para waria terkadang merasa tidak nyaman dan seringkali mendapat penolakan dari warga. Meski tak selalu berupa kata-kata yang terucap pedas, namun juga berupa tindakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline