Lihat ke Halaman Asli

Nurlaeli Mutamariah

Guru Bahasa Indonesia di SMPN 2 Karawang Barat

"Neda Dihapunten Samudaya Kalepatan...Pa!"

Diperbarui: 22 Mei 2020   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: hijabalila.com

Dalam Al-Quran Allah berfirman:

"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Dan hendaklah mereka memberi maaf dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni kalian? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. An-Nur: 22).

Firman Allah dalam QS An-Nur ayat 22 menjelaskan bahwa kita, orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan dalam segala hal wajib membantu kepada kaum kerabatnya atau saudaranya, orang-orang miskin, dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Di samping memberi bantuan juga kita diperintahkan untuk memberi maaf dengan lapang dada dan ikhlas.

Alhamdulillah hari ini Jumat, 22 Mei 2020, umat Islam sedang menjalankan ibadah saum hari ke-29. Mudah-mudahan kita tetap kuat menjalankan ibadah saum ini.

Di samping itu juga kita tetap kuat dan semangat menghadapi ujian hidup pada bulan-bulan ini. Bulan Ramadan tahun ini kita dihadapkan pada kenyataan hidup menjalankan ibadah saum di tengah merebaknya pandemi,  virus corona.

Kami akan tetap taat kepada pemerintah untuk hidup berdampingan dengan covid 19 dan berdamai dengan virus yang menyeramkan ini. Walau kami bingung dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyuruh kami berdamai dan hidup berdampingan dengan covid. Kami bertanya-tanya apa maksudnya? Tetapi semua itu insyaallah akan kami jalani dengan kebaikan bersama, kami rakyat Indonesia.

Dua hari lagi, kami umat muslim akan merayakan hari kemenangan kami, Idulfitri dengan tetap di rumah, tidak berkerumun, ibadah di rumah, tidak mudik, mudiknya daring saja. Kami akan tetap menjalankan tradisi lebaran dengan bermaaf-maafan sesuai firman Allah SWT di atas.

Sebenarnya bermaaf-maafan ini tidak hanya dilakukan pada saat lebaran saja, setiap saat kita harus bermaaf-maafan. Kalau setiap saat kita diperintahkan untuk bermaaf-maafan berarti setiap saat kita tidak diperkenankan berbuat kesalahan apalagi disengaja kepada sesama manusia. Dilarang menyakiti orang lain dengan ucapan ataupun perbuatan, disengaja atau tidak disengaja, terlihat ataupun tidak terlihat.

Kembali ke masa lalu ketika lebaran datang, tradisi saling memaafkan pun tiba. Saat berkumpul dengan keluarga, baik keluarga inti, maupun keluarga besar. Keluarga kami bukan keluarga yang romantis, keluarga kami agak kaku dalam melaksanakan seremoni ini.

Tetapi bukan berarti keluarga kami tidak pernah saling memaafkan, tidak perhatian, hubungan kami sangat erat antar anggota keluarga. Karena itu kami tidak pernah melaksanakan sungkeman atau semacamnya, kami tetap saling memaafkan dengan bersalaman kepada orang tua, saudara, tetangga, rekan kerja.

Tradisi bermaafan saat kami kecil, mengunjungi nenek dan kakek dari pihak kedua orang tua kami setelah kami saling bermaafan dengan ibu dan bapak serta saudara, kakak dan adik-adik. Setelah itu kami juga mengunjungi keluarga kakek dari pihak bapak yang telah berpisah dengan nenek yang kebetulan tinggalnya agak jauh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline