Tradisi atau kebiasaan turun menurun dari nenek moyang, selalu dilaksanakan apabila ada momen penting dalam kehidupan manusia, baik dilaksanakan menjelang, hari H ataupun setelah momen tersebut. Tradisi menjelang bulan Ramadan seperti sekarang ini di daerah saya (Karawang) selalu dimeriahkan dengan berbagai kegiatan.
Di daerah Karawang banyak sekali tradisi-tradisi yang selalu dilaksanakan di berbagai waktu atau peristiwa. Misalnya tradisi ketika ada orang yang menikah, orang tua mempelai pria, mengundang banyak orang untuk ngabesan. Kalau di Bandung ngabesan namanya seserahan karena prosesinya hampir sama. Hanya kalau di Bandung pihak mempelai pria tidak mengundang banyak orang seperti di Karawang. Ini tradisi mengundang sanak famili, tetangga, atau rekan kerja untuk bersama-sama mengantar anak laki-lakinya datang ke mempelai wanita sebelum ijab kabul terlaksana. Jika yang menikahnya anak perempuan, keluarganya mempersiapkan wadah untuk menerima pemberian dari besan atau keluarganya, biasanya uang, namanya ngeupeulan.
Tetapi tradisi ini hanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan yang masih kental dengan tradisi mereka dan bila resepsinya diadakan di rumah mempelai wanita. Untuk masyarakat perkotaan sudah jarang melakukan tradisi ini apalagi resepsinya di gedung, ngabesan hanya mengundang banyak orang, hiburannya hanya organ dengan lagu-lagu pop. Malam hari selalu ada panggung hiburan, dulu menampilkan jaipongan, reog, calung, ataupun topeng. Sekarang, tradisi menampilakan kesenian tersebut agar tergeser karena perubahan zaman dan masyarakat, tergeser oleh hiburan organ tunggal.
Setelah selesai resepsi, pihak wanita mempersiapkan makanan untuk hantaran kepada keluarga laki-laki, ini berupa paket dengan harga tertentu. Pasangan pengantin baru datang berkeliling kepada keluarga laki-laki (kakak-kakak dan adik-adiknya).
Tradisi ketika ada yang melahirkan dimeriahkan dengan tradisi marhabaan, waktu usia bayi 40 hari. Sekaligus memberi nama bayi tersebut.
Tradisi yang lainnya adalah ketika ada kematian keluarga, ada yang disebut tahlilan, 3 hari, 7 hari, dan 40 hari setelah keluarganya meninggal. Itu diperingati seperti halnya resepsi pernikahan. Selama 7 hari ada pengajian di sekitar pemakaman oleh rombongan yang diundang dan dibayar. Pihak keluarga menyediakan konsumsi setiap hari untuk rombongan pengajian tersebut. Ini juga dipakai oleh masyarakat pedesaan yang masih sangat kental menggunakan tradisi.
Tradisi-tradisi tersebut hanya dilakukan di pedesaan atau di perkampungan. Itu juga tidak semua orang melakukan hal tersebut, tergantung situasi. Saya gambarkan tradisi tersebut di daerahku ketika pertama kali saya datang. Saya juga termasuk orang yang tidak melaksanakan tradisi itu walaupun keluarga suami masih melakukan hal itu.
Menjelang Ramadan seperti bulan ini, tradisi di daerah kami ada juga, menjelang hari pertama saum, kira-kira satu atau dua hari pada tahun-tahun sebelum pandemi ini, diadakan pawai bedug, pawai obor, dan penabuhan bedug di tiap masjid. Seremoni ini merupakan agenda rutin tiap tahun. Untuk tahun ini tidak dilaksanakan karena kondisi yang tidak memungkinkan. Orang-orang dilarang berkerumun.
Tradisi pawai bedug ini berkaitan erat dengan benda bersejarah yang punya nilai seni tinggi yaitu bedug. Bedug menurut Wikipedia adalah alat musik tabuh seperti gendang. Bedug merupakan instrumen musik tradisional yang telah digunakan ribuan tahun yang lalu. Bedug sekarang jarang digunakan di masjid-masjid karena keberadaannya sudah tergantikan dengan alat pengeras suara. Sekarang bedug menjadi penghias masjid yang dipajang di depan masjid, terlihat antik dan unik.
Pawai obor tidak jauh berbeda dilaksanakan hampir sama dengan pawai bedug. Obor menurut Wikipedia adalah tongkat dengan bahan mudah terbakar di salah satu ujungnya, yang dinyalakan dan digunakan sebagai sumber cahaya.
Pawai bedug dan obor, terselenggara pada malam hari, peserta pawai menggunakan truk atau kendaraan lain yang dihias. Mereka berkeliling kota sambil menabuh bedug. Peserta dari masyarakat diwakili oleh tiap kecamatan dan pondok pesantrn, termasuk para santri ikut memeriahkan acara pawai itu.