Lihat ke Halaman Asli

J.J Sampah-sampah Kota " Teater Koma Ditulis oleh N.Riantiarno Disutradarai Rangga Riantiarno

Diperbarui: 27 Mei 2022   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antaranews.com/Ho

Pertunjukan teater J.J. Sampah-sampah Kota yang ditulis oleh N. Riantiarno ditampilkan oleh kelompok Teater Koma dan disutradarai oleh Rangga Riantiarno. Penampilan teater ini diawali oleh pertunjukan musik yang diiringi oleh peragaan tari seluruh pemain. Kemudian disambut oleh narator yang menyampaikan prolog cerita. Penampilan teater ini sendiri ditayangkan di kanal Youtube teatersiliwangi1060OfficialSmanci.

Teater J.J. Sampah-sampah Kota bercerita tentang sepasang suami istri yang bernama Jian dan Juhro yang hidup di sebuah gubuk di kolong jembatan. Jian adalah seorang kuli pengangkut sampah yang jujur. Sementara Juhro adalah istri setia yang sedang hamil tua. 

Meskipun hidup hanya sebagai kuli pengangkut sampah, Jian selalu mengerjakan pekerjaannya dengan gigih dan penuh ketekunan. Semua itu tak lepas juga karena pengawasan mandor kepala dan  tiga bawahannya, yaitu Tiga Pemutus. Mereka ingin melihat sampai sejauh mana kejujuran Jian bisa dipertahankan. 

Hingga suatu ketika para pemutus menjatuhkan tas yang berisi uang yang banyak di sekitar tempat Jian bekerja. Pada saat itulah konflik batin Jian bergejolak, mencari pemilik tas tersebut untuk mengembalikan uangnya atau diambil saja untuk biaya persalinan istrinya yang tengah hamil tua.

Teater J.J. Sampah-sampah Kota ini dikemas dengan penampilan yang luar biasa. Dibawah arahan sang sutradara, Rangga Riantiarno, pesan dari teater ini mampu tersampaikan dengan baik kepada penonton. Pertarungan antara kejujuran seseorang yang harus dihadapkan dengan korupnya penguasa. 

Hal lain yang membuat penampilan teater ini menarik adalah tata busana dan properti yang mampu membangun latar teater menjadi lebih nyata dan hidup. Selain itu, tata lampu dan musiknya juga mampu membangun suasana pertunjukan dan membangkitkan emosi penonton. Tema lampu bernuansa biru gelap membangkitkan suasana nelangsa orang-orang yang bergelut dengan kemiskinan dan sampah.

Meskipun memiliki banyak keunggulan, dalam pementasan ini tak luput juga dari berbagai kekurangan. Di antaranya ialah penggambaran latar tempat yang kurang mendukung dalam beberapa adegan tertentu. Karena sepanjang pementasan, mereka hanya menggunakan latar  bangunan kumuh dan jembatan saja. Ada semacam kekurangan variasi dalam menampilkan latar-latar tertentu dalam adegan-adegan tertentu.

Pada bagian musikalisasi puisi pun ada beberapa hal yang semestinya bisa ditampilkan secara lebih baik lagi. Seperti musik pengiring yang tidak terlalu memasukan unsur pukulan, tapi akan lebih baik bila diiringi alat-alat musik dawai yang lainnya, tidak hanya gitar saja. Karena alat musik dawai tentunya akan menghasilkan nada dan suasana yang lebih membantu dalam menyampaikan pesan dari puisi yang disampaikan ke penonton.

Namun secara umum, penampilan teater ini patut diacungi jempol, karena mereka sudah menampilkannya dengan baik. Sudah mampu untuk memenuhi unsur-unsur pementesan ke atas panggung. Mudah-mudahan untuk pementesan selanjutnya bisa lebih baik lagi dan lebih maksimal.

  By : Nurkomalamsyrph15@gmail.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline