Lihat ke Halaman Asli

Nur Kolis

Saya adalah seorang yang suka belajar

Menjadi Pribadi Shalih untuk Melahirkan Generasi Shalih

Diperbarui: 30 April 2024   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Dokumen Pribadi

Banyak orang tua memiliki keinginan agar anak-anaknya menjadi anak yang shalih, tak hanya itu, mereka juga menginginkan agar cucu-cucunya kelak menjadi cucu yang shalih pula. Berbagai usaha rela mereka jalani untuk mewujudkan cita-cita agar anaknya menjadi shalih. Usaha-usaha tersebut seperti menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan yang mengajarkan ilmu dunia dan ilmu agama. Para orang tua berkeyakinan bahwa kesuksesan anak bukan hanya dilihat dari suksesnya jenjang karir dalam kehidupan dunia, tetapi harus pula diiringi dengan keshalihan dan kepatuhan terhadap ajaran agama.

            Anak-anak yang shalih akan menjadi kebanggaan dan kebahagiaan orang tuanya. Berperan menjadi apa saja saat di dunia, anak yang shalih akan taat pada aturan-aturan Rabbnya. Orang tua mana yang tidak bahagia jika mengetahui anak-anaknya mampu menjaga dan menjalankan amanah dengan jujur.

            Orang tua adalah figur yang pertama kali dikenal dan dekat dengan anak-anaknya. Oleh karena itu usaha untuk menshalihkan diri pribadi adalah salah satu langkah terbaik bagi orang tua untuk menjadikan anak-anaknya shalih. Orang tua yang shalih insyaallah dengan izin Allah akan menjadikan anak keturunan mereka dimuliakan oleh Allah.

            Terdapat kisah menarik dalam al-Qur'an tepatnya di surat al-Kahfi ayat 77 dan seterusnya yang menceritakan bagaimana Allah memuliakan anak yatim lantaran ayah mereka merupakan orang shalih. Kisah tersebut diceritakan saat Nabi Musa dan Nabi Khidhr 'alaihimassalam melakukan perjalanan di sebuah desa.

Nama asli Nabi Khidhr adalah Iliyya bin Mulkan bin Qoligh bin Syaligh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh (Tafsir al Munir Jilid 8, hlm. 343).  Mengenai Khidhr para ulama berbeda pendapat apakah ia termasuk seorang Nabi atau bukan. Pendapat pertama menyatakan bahwa Khidhr merupakan seorang Nabi. Sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwa Khidhr adalah orang shalih, bukan seorang Nabi (Tafsir al Munir jilid 8, hlm. 340).

Allah menyebutkan kisah tentang Nabi Musa dan Nabi Khidhr 'alaihimassalam dalam surat al Kahfi ayat ke 77, pada ayat tersebut diceritakan bahwa Nabi Musa dan Nabi Khidhr 'alaihimassalam membenahi dinding sebuah rumah yang sudah condong dan hampir roboh, dinding rumah tersebut adalah milik dua anak yatim.

Allah berfirman:

Artinya: "Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata:"Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu". (QS. al-Kahfi:77)

Mengapa Nabi Nabi Khidhr 'alaihissalam membenahi dinding yang hampir roboh milik kedua anak yatim itu?

Allah Berfirman:

Artinya: "Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanan itu, sebagai rahmat dari Rabbmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". (QS. al-Kahfi:82)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline