Mungkin hari-hari ini tingkat produktifitas menulis saya menurun tajam karana kesibukan luar biasa pada aktivitas wiraswasta yang saya geluti, karna itu ada kompasianers yang menyentil saya fenomena ini sambil dia menyimpulkan kurang mood kali. Namun sebenarnya padatnya aktifitas itulah yang menyebabkan kecapean dan instink menjadi kurang tajam.
Hari hari ini kita dihangati oleh berita Sutan Batugana yang pernyataannya dianggap mencemarkan nama baik Gus Dur. Maka bertubi-tubi serangan diarahkan kepada beliau dan partai Demokrat dari seluruh jajaran NU. Dan itu adalah suatu kewajaran, karna salah satu pemimpin mereka dilecehkan.Apa yang dilakukan oleh Sutan Batugana adalah suatu kesalahan karna orang yang dipermasalahkan sudah wafat disamping kasus yang didakwakan tidak pernah kita dengar waktu beliau masih hidup sehingga memicu spekulasi negatif tentang sosok beliau dan apalagi beliau adalah mantan Presiden Indonesia. Kita telah mengenal istilah mikur dhuwur dan mendhem njero, karna itu walaupun saya sendiri banyak tidak sependapat dengan fikiran beliau namun setelah Gus Dur meninggal dunia , saya menghentikan polemik karna yang bersangkutan telah sampai kepada tujuan hidupnya.
Terlepas dari wajar tidaknya para pendukung Gus Dur, jikalau para pendukungnya konsekwen mengamalkan ajarannya, maka tentu kemarahan atas tindakan Sutan ini menjadi tidak perlu dilakukan. Sudah jamak kita ketahui bahwa Gus Dur menelorkan fikiran "Tuhan tak perlu dibela"yang dibukukan dan sekarang masih beredar, sangat kontradiktif dengan Al Qur'an yang dengan jelas ayatnya: " Jika kamu menolong Allah maka Allah akan menolong kamu dan menetapkan kaki-kakimu..". Kalau seandainya dengan fakta ini , penganutnya membabi buta melakukan demo bahkan dalam satu pamflet menulis "Batugana Yahudi", maka penganutnya jelas menyalahi fikiran beliau.
Selaras dengan pemikiran beliau, kalau Tuhan saja tak boleh dibela, maka akan salah kaprah jika Gus Dur dibela..Gus Dur memang tak perlu dibela
Nurkholis ghufron
