Beberapa hari ini ketika kasus Sampang menyeruak ke ranah publik, bukan main antusiasme media dalam bentuk apapun untuk mengulas peristiwa ini dari berbagai persepsi. Karna latar belakang dari para penulis artikel itu berbeda -beda maka hasil ulasannya pun juga berbeda-beda, tak jarang dengan emosi yang meledak-ledak memasuki ruang spiritual artikel malah memperparah api yang sudah membara. Dari sini belumlah berakhir , sampai satu komentar muncul yang mengejek kapasitas penulis yang sejurus kemudian dibalas oleh sang penulis. Ketika sang penulis artikel menanggapi komentar tersebut muncullah puluhan komentar yang mendukung sang penulis di satu fihak dan puluhan komentar mendukung sang pengejek tadi, terjadilah baku hantam di ruang maya.
Sebenarnya ajang seperti ini bagus untuk sarana olahraga otak kita jikalau hati tetap dingin dalam bahasa lain otak boleh panas namun hati tetap dingin. Masalahnya adalah orang-orang yang terlibat dalam baku hantam di dunia maya tersebut menyimpan semacam api dalam sekam sehingga tak memperdulikan lagi ukhuwwah Islamiyyahnya maupun ukhuwwah basyariyyah. Secara otomatis energi yang tercurah untuk debat seperti ini sangat banyak atau bahkan lebih banyak dari faedah yang didapat.
Saking pentingnya menanggapi suatu perdebatan Allah mengajarkan cara agar berdebat mempunyai makna di dalam kehidupan jikalau perdebatan itu memang dibutuhkan yakni dengan " Cara yang Terbaik". Dalam hal ini cara yang terbaik tidak didefinisikan secara khusus maka kita sebagai makhluq yang beraqal harus harus selalu mencari tahu apa sih kriteria terbaik dalam berdebat itu. Namun dalam kontek berdebat ini Allah memakai kata-kata "Akhsan" , arti secara umum yangg banyak dikenal adalah terbaik. Ada lagi maknanya yang kurang mendapat perhatian bahwa akhsan juga bermakna mempunyai kesudahan yang lebih menyenangkan. Dalam kontek ini perlu dipertanyakan ..apakah perdebatan kita memang mempunyai dampak psikis yang baik? Apakah perdebatan kita tidak memicu kemarahan di lain tempat? Apakah perdebatan kita juga tidak mengurangi gairah kerja kita? dan banyak lagi apakah dalam kontek perdebatan kita yang bermakna negatif. Jika jawabannya adalah 'tidak berarti' perdebatan itu 'insya Allah ' masuk dalam koridor 'akhsan'.
"Ya tapi ini masalah kesesatan nggak boleh diam saja!!." Ya itu memang fakta yang jika memang kita yakin dengan kebenaran kita maka kita harus bersabar jika kebenaran kita ditolak. Sudah menjadi ketetapanNYA bahwa kebenaran itu harus melewati penolakan sebagaimana-nabi-nabi terdahulu yang sampai pada tahap dibunuh karna menyuarakan kebenaran.
Kompasioners yang budiman!! berdebat itu memang baik namun jangan sampai terjebak ke dalam perdebatan yang dipenuhi kebencian sebaliknya berdebatlah jika memang mempunyai manfaat dan akibatnya menjadi melegakan, menyenangkan dan dipenuhi oleh hidayah cinta dan kasih sayang.
Narasi oleh
Nurkholis Ghufron.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H