Kata sederhana bukan hal yang baru untuk kita. Sederhana ini sudah mendarah daging dalam setiap sendi kehidupan masyarakat dan menjadi trend hidup.
Apa-apa harus sederhana. Apapun pertanyaannya, jawabannya selalu sederhana aja. Apa sederhana memang sesederhana itu.
Disebuah butik ternama sedang kedatangan costumer yang sederhana.
Butik : "Mau model baju yang gimana, mbak?"
Costumer : "Yang sederhana, aja!"
Dalam dunia per-impian yang imajinatif sederhana juga diselundupkan. Wah, menghayal sekarang amat sederhana. Seperti kasus Bang Toyib dan Ayang.
BT : "Hmm, Ayang... nanti kamu pengen kita punya rumah yang gimana?"
Sebut saja Mawar : "Yang sederhana aja, Bang."
Cukup. Cukup. Sudah dimengerti walau belum paham. Pertanyaan yang masih bergejolak dalam benak ini adalah apa itu sederhana? Kenapa terselip di setiap sudut seperti debu? Seperti siluman yang dapat muncul dimana saja.
Membenci sederhana serumit ini. Sayang sekali, sederhana begitu jahat pada meraka yang benar-benar sederhana. Bukan mereka yang disederhanakan ataupun mereka turunan sederhana.