Tidak ada yang benar-benar baru di bawah matahari, bukan? Semua sudah pernah terjadi dan terus berulang. Terdengar membosankan, tapi entah bagaimana Tuhan selalu punya cara agar semua itu adalah yang terbaik dalam hidup.
Setiap orang mempunyai 24 jam dalam sehari. Adil, bukan? Tentu untuk yang berpikir demikian. Coba deh, mundur beberapa langkah lebih jauh untuk melihat lebih banyak. Jangan cepat mengambil kesimpulan, hari-hari yang terlalui, hendak di lalui dan akan dilalui ini adalah proses yang belum selesai. Kemarin, begini baik-baik aja kok. Iya, baik. Kemarin. Sekarang, enggak. Begitu pun esok. Banyak variabel dalam hidup yang tidak bisa di prediksi apalagi di kontrol secara keseluruhan. Persiapan sebaik apapun pasti bakalan ada kurangnya apalagi yang persiapannya setengah-setengah, busett! Bayangin sendiri deh gimana.
Banyak variasi jawaban lengkap dengan alasan yang komplit sesuai dengan keadaan yang benar-benar mereka lalui. Penyamarataan perspektif sama dengan membunuh jiwa-jiwa merdeka yang ingin bahagia. Jangan mengganggu, simpan semua ceritamu karena itu bisa mengusik dan memporak-porandakan yang sedang berusaha tapi belum membuahkan hasil. Bahagiamu milikmu begitu juga dengan bahagia orang lain. Berbagi kebahagiaan memang niatan yang baik dalam kehidupan, tapi sering kali itu di salah artikan. Yang dahulunya masih tetap semangat dengan usahanya yang sedang dirintis, sekarang jangankan bersyukur semangat pun enggan setelah mendengar ceritamu yang murahan. Plan baru pun mulai bermunculan dengan persiapan yang pas-pasan. Andai sedikit lebih bersabar, dengan perencanaan yang matang hasil yang wow bakalan datang.
Ada cerita dari sebuah postingan di Instagram dalam suatu percobaan yang melibatkan katak sebagai target yang di letakkan dalam panci yang kemudian di beri sedikit yang mana tidak membuat si katak tenggelam di dalamnya. Lalu, di panaskan dengan suhu mula-mula 0 derajat sampai mancapai titik didih lalu katakpun meregang nyawa. Bagaimana ini bisa terjadi? Pada saat kenaikan mula-mula suhu air, katak tetap berusaha untuk beradaptasi dengan memanaskan tubuhnya juga. Sampai di titik didih, katak tidak mampu lagi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mencoba untuk melompat dengan kaki yang sudah tidak bisa melakukannya. Ada hikmah di slide berikutnya dari percobaan si katak ini, di sana tertera kenapa katak tidak mencoba melompat dan memilih beradaptasi? Dalam artian ini, tetap berada di zona nyaman dan terus menyesuaikan diri. Nah, untuk itu lahirlah kalimat bijak. Jika tidak ingin meregang nyawa seperti si katak itu maka jangan terus beradaptasi di zona nyaman kamu. Selagi kamu punya kekuatan dan di beri kemudahan jangan terlena dengan terus memaksakan diri. Sangat memotivasi sekali. Terima kasih yang banyak untuk para peneliti dan penghasil kalimat bijak untuk cerita itu.
Tapi kembali lagi, bahwa semua hal baik buruk itu tergantung bagaimana cara memandang dalam hal ini perspektif. Setiap orang punya pengertian sendiri-sendiri. Jangan menghujat hanya karena tidak memiliki jalur yang sama dengan pendapat yang anda lontarkan. Sama seperti anda dia juga punya alasan yang kuat kenapa berpendapat demikian. Pengklaiman siapa yang paling benar sudah tidak relevan lagi untuk kemerdekaan berpikir. Kejernihan ilmu, siapa yang tau apa yang sebenarnya yang benar-benar katak itu rasakan? Apa yang dilihat terkadang tidak sesuai dengan apa yang terlihat. Hanya karena katak enggan untuk melompat membuat Kita bersimpulan bahwa katak terus beradaptasi dalam zona nyaman. Pendapat itu tidak sepenuhnya salah, karena memang begitu faktanya. Jangan sengaja melupakan fakta untuk pembenaran argumenmu. Salah itu. Menyimpulkan dengan satu referensi perspektif sehingga membuat tersudut atas klaim bacotan yang mencela atas ketidaksempurnaan sungguh sangat mengerikan bagaimana perasaan atas semua orang yang mengutuknya.
Siapa yang tau keputusan katak yang sebenarnya? Bisa jadi katak habis putus ye kannn hehehe sama doi makanya mager aja gituuu dan panas dari air yang mendidih itu gak ada apa-apanya di bandingkan ucapan doi tempo hari yang amat menggelar. Siapa yang tau? Hanya katak sendiri dan Tuhan. Bisa jadi juga yahhh dia sudah di takdirkan memiliki nasib begitu, mengenaskan dan menjadi bahan kalimat bijak untuk orang yang berkepentingan. Utarakan semua, jangan di pendam. Tidak ada yang benar-benar sempurna di muka bumi bahkan ada untuk ketidaksempurnaan itu sendiri. Takdir yang diberikan Tuhan memang selalu yang terbaik, tapi jangan pernah mau dipermainkan oleh takdir yang memang kamu sendiri bisa menghindarinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H