Malam itu Dayu dan suami tengah merayakan tasyakuran empat puluh hari kelahiran bayi mereka. Dan seseorang datang.
"Bayu?" Seketika suasana hati Dayu tak enak.
"Aku tak kan lama. Hanya ini!" ujar Bayu menyerahkan sebuah kado kecil. Lalu pergi.
Dayu membuka, isinya ... cincin! Tertera huruf awal nama mereka berdua, B dan D 4ever. Cepat-cepat disimpannya cincin kenangan itu.
***
"Jangan lupakan aku, Day." Ia ingat lirih suara Bayu saat mendengar ia dilamar seorang pemuda.
Beberapa hari sesudah pernikahannya, sebenarnya mereka masih sering bersama. Hingga masa-masa Dayu hamil dan menanyakan kapan Bayu akan menikah. Saat itulah Bayu terdiam. Mulai saat itu ia menjauh. Tak ada tegur sapa lagi. Dayu kehilangan berita tentang Bayu meski rumah mereka bersebelahan.
Esok paginya. Kepala dan badannya masih berasa berat. Aku akan menuntaskan ini. Aku tak ingin tersekam bara. Jika harus ada percikan biarlah menggelora sekalian. Asal setelahnya mengabu dan padam, daripada panas di dalam tak kunjung selesai, pikir Dayu.
"Bayu, kita harus bicara."
Bayu yang tengah menunduk di hadapan tumpukan kertas menoleh ke arahnya sekilas.
"Mau bicara apa lagi Day? Belum puas?" tanya Bayu dengan tenangnya.