Pagi itu.
"Aku berangkat dulu, ya. Assalamu 'alaikum." Dimasukkannya Al-qur'an kecil ke sakunya yang lebih sering terlihat ketimbang lembaran-lembaran uang yang aku harapkan.
Sambil melempar sebilah kayu yang sedari tadi dicarinya, aku setengah berteriak, "Jangan pulang kalau tidak membawa banyak uang!"
Tapi bentakanku hanya dijawab angin. Sore harinya seseorang mengetuk rumahku.
Tok! Tok! Tok!
"Siapa itu?" sahutku.
"Aku, Tuhan!"
Tuhan? Mau apa Tuhan datang ke rumahku? Ah, aku segera tersenyum. Pasti mau memberi rejeki atau berkat tertentu. Kebetulan penghasilan suamiku hanya cukup untuk membeli beras dan lauk ala kadarnya saja.
"Sebentar," sahutku sambil membetulkan kain. Lalu segera membuka pintu.
Betapa kagetnya aku melihat pemandangan di luar. Tuhan tidak datang sendiri. Ia bersama dengan rombongannya. Dua sosok hitam yang segera mengapit tanganku.
"Ayo bawa dia!"