SATU
Seperti Winnie the Pooh yang gemar minum madu, itulah sejatinya suamiku. Menjalankan sunah rasul yang konon mengawetkan ingatan adalah salah satu dahsyatnya madu. Di manapun kami pergi, selalu saja madu adalah komoditi pertama yang wajib dicari.
Di kawasan Timur Tengah jika kita memang mau fokus berburu madu di pasar, akan kita dapatkan madu dengan kualitas prima. Entah itu pasar modern maupun pasar tradisional.
Tapi yang aku heran, di kawasan barat pun tetap saja topik pembicaraan utama adalah dimana mencari madu yang bagus dan berkualitas prima. Benar-benar suamiku memang hobi banget akan madu .
Berjajar madu Arab hingga madu Australia, tetap lezat di lidah suamiku. Dengan gaya mencicip yang khas, dilanjutkan dengan merogoh kocek atau mengeluarkan kartu untuk menebus sebotol atau dua botol madu untuk dinikmati.
Merupakan gaya tersendiri dalam bercengkrama dengan madu-madu ini. Madu, bagi bang Bachtiar tidak saja sebagai obat yang berkhasiat untuk memulihkan stamina. Madu bisa berfungsi sebagai selai yang lezat untuk dioles ke roti tawar.
Madu juga difungsikan sebagai sirop yang lezat untuk dicampur dengan segelas air. Bahkan acapkali madu juga lezat berfungsi sebagai saos untuk dinikmati bersama kudapan ringan seperti pisang bakar, pisang goreng, serabi , pukis dan sebagainya. Jelasnya bang Bachtiar suamiku benar-benar pecinta madu sejati.
Seni berburu , membeli , mencicipi dan membawa botol madu ke rumah kadang penuh liku dan tantangan. Bagaimana sarang madu asli harus dikemas dan dijaga setelah menempuh perjalanan ratusan kilometer merupakan sebuah tantangan yang asyik. Adakalanya mesti menempuh perjalanan ribuan kilometer jauhnya untuk sekedar menenteng botol madu.
"Ini madu asli dik"
"Madu hitam, khasiatnya masha Allah. Saya bawa satu, dik Nur bawa satu ya"
"Kita tenteng saja, biar aman di pesawat"