Lihat ke Halaman Asli

Nur Janah Alsharafi

Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

Cerpen | The Chameleon

Diperbarui: 25 Desember 2018   09:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Tertunduk Srikunti membentang selembar citra cintanya dengan Bima. Hati putihnya telah ia persembahkan bulat-bulat untuk sang pujaan hati. Sekalipun kata orang Bima adalah lelaki bermozaik jiwa, yang warna warninya kadang keemasan kadang suram.

Namun Srikunti tetap putih warna cintanya untuk Bima, bahkan putih cintanya terlalu jernih, bening hingga cintanya pada Bima mengikuti jiwa sang pujaan hatinya tersebut. 

Cintanya dapat saja terbang ke awan, menjerit, menukik, memejam dengan batas antara selamat dan bahaya yang setipis jelaga. Cintanya dapat juga menyelam dalam, menyusuri karang, menghadang ombak bahkan meradang di rahang Piranha laut yang seram. Bima adalah takdirnya.

Bima naik ke puncak bukit, meneriakkan seribu cita-cita untuk rakyatnya. Bendera Bima berkibar bersama berpuluh bendera lainnya. Mata Srikunti berbinar, jiwa Srikunti mekar......"kau Bimaku, doaku bersamamu" begitu gumamnya di sanubari. Bima menang, Srikunti pun senyum mengembang. Srikunti persembahkan jiwa dan raganya buat Bima, apapun keputusannya.

"Srikunti, aku di puncak bukit, aku kadang sehat dan terjatuh sakit, kau lihat disana tak hanya senyum rakyat yang kujumpa. Aku bahkan dihadang onak, aku bahkan dililit akar, aku bahkan dibungkus halimun. Dengar aku Sri?"

"Cintaku karena sang Khaliq, tawa dan tangis bagiku tetaplah indah. Terang dan suram bagiku tetap menguatkan. Hanya satu yang membuatku rapuh dan jatuh, jika hatimu berpaling"

"Tak akan pernah kuberpalling Srikuntiku sayang. Kau adalah mutiara dan berlian cinta penyemangat jiwa yang tak tergantikan"

                                                                                                                                             2

Tangan Bima dan tangan Srikunti adalah dua tangan yang hangat. Hangat karena dari kedua tangan mereka lahir nada nada indah. Yang didendangkan seantero negri menjadi sebuah simphony warna warni yang padu.  Hangat karena dari kedua tangan mereka teraduk bumbu lezat sebuah masakan cita-cita. Yang disajikan dalam mangkok cawan bening anak negri menjadi sebuah persembahan cinta pemimpin pada rakyatnya. Hangat karena dari kedua tangan mereka teranyam tenun mewah sebuah impian istana sejahtera seantero raya. Bima dan Srikunti adalah pasangan sejati, ditakdirkan hadir menjahit jiwa rakyat yang tercabik-cabik petaka.

3

"Terlalu kuat duet maut Bima dan Srikunti"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline