Lihat ke Halaman Asli

Nur Janah Alsharafi

Seorang ibu yang menyulam kata dan rasa dalam cerita

Introspeksi Pascapemilu (Kado buat Caleg Gagal)

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397734643896265298

Banner Pileg di gedung KPU Jakarta | Ilustrasi/ Kompasiana (Kompas.com)

Seorang wartawan sms dan telpon dengan pertanyaan khas pasca pemilu ”ibu, adakah caleg gagal yang stres berkonsultasi di klinik ibu?” Terus terang secara resmi di klinik belum ada yang datang ngaku sebagai caleg gagal, meskipun pasca pemilu ada saja yang berkonsultasi. Namun secara pertemanan ada beberapa caleg gagal yang curhat ke saya tentang ketidaknyamanan psikologis yang ia alami pasca pemilu yang eksesnya cukup serius (konflik internal, konflik dengan pasangan, krisis percaya diri dan sebagainya)

Caleg juga manusia, yang bisa saja sedih, kecewa, shock dan stres jika harapannya tak kesampaian.Belajar dari pengalaman pemilu 2009 yang lalu, di seluruh Indonesia terdata adanya 7.276 caleg gagal yang mengalamai gangguan jiwa (Kompas, 23 Desember 2013). Beberapa kisah sedih caleg gagal hampir dapat kita baca setiap hari pasca pemilu, mulai yang bunuh diri , mencuri kotak suara, mencakar rekan satu partai, menangis secara histeris, depresi, marah-marah, caleg yang menutup jalan menuju komplek perumahan karena suara untuknya dari komplek tersebut sangat minim dan yang paling banyak adalah caleg yang meminta kembali barang-barang yang telah diberikan kepada masyarakat. .

Mengapa caleg gagal dapat terganggu jiwanya ?

Jika kita mau jujur mengungkap apa saja motif dibalik keinginan kuat seseorang men-caleg-kan dirinya tentu sederet jawaban akan menggelitik untuk kita kaji. Sebagai contoh adalah apa yang dikemukakan oleh Abdur Rozaki seorang peneliti Institute for Research and Emporwerment (IRE) yang mengemukakan adanya 3 motif seseorang tergerak ingin menjadi caleg yaitu :


  1. Kekuasaan , hal ini khususnya pada kalangan yang secara ekonomi telah mapan. Untuk melengkapi posisinya di mata masyarakat maka ia akan berupaya meraih kekuasaan yang dipresentasikan antara lain dengan menjadi seorang anggota legislatif. Apalagi anggota legislative memiliki 3 fungsi yang strategis yaitu fungsi legislasi, pengangaran dan pengawasan.
  2. Mempertahankan bisnis, beberapa diantara caleg khususnya dari kalangan pengusahaberkeinginan mempertahankan bisnis nya melalui jalur dengan menjadi anggota legislatif.
  3. Memperbaiki nasib, untuk kalangan yang belum mapan secara ekonomi maka jalur menjadi anggota legislatif dianggap jalur untuk lebih menjadi kaya dengan mudah . Bahkan orang tua yang dengan bangga mengatakan putra/putrinya kini bekerja sebagai caleg J

Tiga alasan yang dikemukakan diatas terkesan sumbang, meskipun sebenarnya secara ideal kita akan menemukan sejumlah motif yang positif seperti alasan belajar berdemokrasi, menyuarakan kepentingan rakyat, partisipasi dalam pembangunan dan segudang motif yang cukup mencengangkan untuk disimak. Mana yang lebih dominan antara dorongan positif atau negatif, tentu sangat menarik jika dilakukan survey secara serius.

Apapun motifnya ternyata mewujudkan cita-cita menjadi anggota legislatif tidaklah mudah. Ongkos politik yang tinggi membuat para caleg mesti menyiapkan modal yang tidak sedikit . Hitung saja berapa biaya yang dihabiskan sejak mulai pendaftaran hingga pemilihan tentu jumlahnya sangat signifikan. Pembuatan media promosi, biaya sosialisasi dan kampanye, partai beum lagi jika ia menggunakan pendekatan klasik dengan uang atau iming-iming benda-benda seperti sembako, kain sarung dan sebagainya. Hanya sebagian kecil bahkan sangat kecil caleg yang justru mampu melakukan social marketing secara cerdas bahkan mampu menggalang partisipasi masyarakat tak hanya suara melainkan dukungan pendanaan .

Ketika harapan melambung namun malah meraih ‘buntung’ bukannya untung, maka seketika caleg yang gagah dan cantik menjadi linglung. Kata-kata diatas dapat saja menjadi kenyataan apabila kegagalan menjadi caleg sebagai sebuah stress atau perubahan mendadak yang memberi tekanan pada diri caleg tersebut, keluarga maupun tim suksesnya dan menuntutnya untuk segera menyesuaikan diri tidak dimanajemeni secara cermat.

Gangguan Penyesuaian pasca pemilu

Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan sebuah reaksi yang maladaptive terhadap stressor yang dikenali dan berkembang beberapa waktu sejak munculnya stressor/pencetus. Kesedihan karena gagal atau tidak terpilih bagai seorang caleg adalah sesuatu yang normal. Namun apabila kesedihan tersebut berlarut-larut disertai dengan reaksi emosional secara berlebihan dan membuat performance seseorang menurun secara siginifikan maka hal itu dapat dikatakan sebagai gangguan penyesuaian. Gangguan penyesuaian tersebut ada beberapa subtipe antara lain :


  1. Gangguan penyesuaian dengan mood depresi . Memilikiciri utama seperti perasaan sedih, hilang harapan, menangis dan sebagainya
  2. Gangguan penyesuaian dengankecemasan. Memiliki ciri utama perasaan khawatir, gelisah, gugup
  3. Gangguan penyesuaian dengangejala campuran antara mood depresi dan kecemasan. Memiliki ciri utama kombinasi 1 dan 2
  4. Gangguan penyesuaian dengan gangguan tingkah laku . Memilikiciri utamamelanggar norma sosial ataumelanggar hak orang lain
  5. Gangguan penyesuaian dengan gejala campuran antara gangguan emosi dan tingkah laku memiliki ciri utama gabungan antara 1,2 dan 4
  6. Gangguan peyesuaian tak tergolongkan

(Sumber DSM IV)

Terjadinya gangguan penyesuaian akan mempengaruhi fungsi mind-body secara parsial maupun keseluruhan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hans Selye melalui teori GAS (General Adaptation Syndrom) . Selye menyebutkan reaksi kewaspadaan (alarm reaction) sebagai sebuah manifestasi persepsi caleg terhadap stressor (gagal). Reaksi ini menuntut body bereaksi dengan melalui respons stress yang diberikan oleh kelenjar adrenal dengan melepaskan cortisol yang mempengaruhi kinerja jantung, gula darah, pencernaan dan sebagainya. Reaksi ini akan berlanjut dengan reaksi berikutnya berupa mekanisme fight atau flight . Hal ini merupakan kecenderungan yang biasa kita lakukan jika kita menghadapi sebuah ancaman dengan mekanisme berjuang atau melarikan diri. Adapun selanjutya para caleg yang gagal akan memasuki tahap resistance reaction yang merupakan sebuah reaksi penyesuaian bagipara caleg untuk bertahan menghadapi stress yang panjang dengan menggali kekuatan diri, memperbaiki diri atau mencari mekanisme yang sehat lainnya. Namun sebaliknya pada tahap ini para caleg dapat saja memasukitahap exhaustion reaction (reaksi kelelahan) khususnya jika stressor terjadi secara terus menerusatau muncul stressor lainnya yang membutnya makin memperburuk situasi dan kondisi. Dalam kondisi ini akan makin memperburuk keadaan mind-body seorang caleg sehingga berbagai gangguan lainnya dapat muncul ke permukaan.

Obat Stres, Obat Hati, Obat Jiwa..............Bersyukur & Bahagia

Suatu saat kita bisa tercengang menyaksikan betapa kokohnya pribadi seseorang yang sudah jelas-jelas sangat menderita, terpuruk, teraniaya namun tetap cerah wajahnya bahkan masih dapat mengulumkan senyum. Apakah ia manusia atau barangkali ia manusia setengah malaikat ? . Lalu bagaimana dengan para caleg yang gagal ? Apakah setelah gagal harus meratapi kegagalannya ? atau bagaimana ? berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh para caleg gagal agar insyaAllah tetap bahagia mesti gagal :


  1. Menang-Kalah alhamdulillah, intinya adalah mensyukuri setiap poin kehidupan. Manusia biasanya hanya bersyukur ketika mendapatkan keberuntungan, dan menggerutu ketika mendapatkan kemalangan. Pada asasnya setiap poin perjalanan hidup memiliki makna. Menang dalam Pileg antara lain mengandung makna tugas dan amanah yang mesti diemban, adapun kalah dalam Pileg antara lain bemakna pembelajaran . Jika anda menang, diri anda sepenuhnya telah siap untuk menang dan Allah swt meridhai anda. Bukan kebetulan anda menang namun itulah takdir anda. Demikian juga jika anda kalah, ada bagian diri anda yang belum siap untuk jadi pemenang dan ini takdir yang mesti anda terima.

2. Bangunlah rasa optimis dan ketangguhan anda dalam menghadapi kehidupan selanjutnya. Sepertinya saran ini terbaca aneh, bukankah orang yang gagal mestinya jadi pesimis ? Ini kog sudah jelas gagal disuruh optimis. Individu yang optimis memiliki kecenderungan memaknai sebuah kegagalan, permasalahan,musibah atau apapun jenis peristiwa duka dalam kehidupan sebagai sesuatu yang sifatnya sementara dapat dikendalikan dan untuk sebuah situasi tertentu. Apabila caleg gagal mampu mengembangkan sikap optimis, maka ia akan memagari kegagalan tersebut khusus hanya sebagai kegagalan menjadi caleg dan bukan akhir segalanya. Gagal caleg tetap membuka baginya untuk sukses dalam bisnis, sukses dalam profesi, sukses sebagai ibu, sukses sebagai ayah, sukses sebagai suami/istri, sukses sebagai anggota masyarakat. Belajarlahdari orang sukses yang mengambil pelajaran penting dari sebuah kegagalan. Mendiang presiden John F Kennedy pernah gagal menjai Wapres USA tahun 1956. Kalimatnya yang sangat terkenal setelah kegagalannya tersebut adalah : “Sekarang kita mengetahui kesalahan-kesalahan yang kita perbuat, dan mengetahui apa yang harus kita perbuat untuk menang. Pada pemilihan yang akan datang kita akan melaksanakan pekerjaan besar itu lagi” (John F Kennedy). Tahun 1956 kalah memperebutkan kursi wapres dan tahun 1960 berhasil menjadi presiden AS yang termuda.


  1. Jika ternyata kegagalan membuat anda mengalami kesedihan, ketakutan, atau kecemasan, ada tiga kalimat yang sering digunakan untuk berzikir (khusus bagi yang muslim) :


  • Istighfar, memohon ampun kepada Allah.
  • La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya upaya dan tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)
  • Hasbunallaah wa ni’mal wakiil (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baiknya Pelindung)

Coba anda simak ayat ini: Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”(At-Taubah:40). Jika masih bersedih juga artinya anda masih belum merasakan kedekatan itu, lebih khusyuk lah dalam ibadah. Ibadah yang khusyuk membawa kita ke gelombang alpha. Pada kondisi rileks gelombang ini akan mendorong munculnya energy kreatif dan perasaan fresh . Guna melakukan introspeksi yang optimal hendaknya kita masuk ke gelombang ini sehingga kita dapat mem-visualiaikan persoalan serta mencari solusinya.

4. Dukungan sosial

Keith Davis & John W. Newstrom(2002) mengemukakan bahwa untuk mengelola stress salah satu hal yang penting adalah dukungan sosial. Dukungan sosial ini meliputi dukungan keluarga, sahabat,, organisasidan lingkup sosial yang lebih luas. Dukungan sosial akan mempercepat proses pemulihan kondisi psikologis para caleg gagal tersebut.

Ada baiknya kita renungkan kata-kata dari John C. Maxwell mengatakan : "Kalah sudah biasa, namun bagaimana merespon kekalahan jauh lebih penting.".

Bandara Soeta, 17 April 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline