Lihat ke Halaman Asli

NURJANAH

MAHASISWA, Prodi Bimbingan Dan Konseling Islam, Bismillah menjadi Konselor yang profesional

"Aku adalah Ribet yang Patut Dipertanyakan"

Diperbarui: 13 Oktober 2024   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bermula dari kejadian yang tak bisa kupercaya, bisa merubahku jauh dari rasa bahagia menjadi rasa duka yang tak pernah sembuh, kejadian yang membuatku kehilangan rasa semangat dan mungkin rasa itu tak akan pernah kembali. Namun dalam kejadian itu mengubahku untuk menjadi orang yang lebih kuat dan memang benar "AKU KUAT"  dihadapan orang-orang dan bahagiaku seakan hanya sebatas topeng dari pormalitasku saja. 

Tanpa mereka rasakan bahwa pikiran dan perasaanku selalu bertengkar hebat, banyak argumentasi yang tak sejalan diantara keduanya, semua itu terjadi begitu cepat disaat "AYAH" pergi dan tak akan pernah bisa kembali, untuk selamanya.......  

Beralih sebelum peristiwa itu terjadi, duniaku baik-baik saja, emosionalku stabil, pikiran dan perasaan pun berjalan berdampingan.......

Pikiran yang damai membuatku seakan semua berjalan lancar, tak ada lelah yang dirasa. Bagi anak perempuan sepertiku atau mungkin bagi anak-anak lain diluaran sana juga  kehilangan sosok ayah sangatlah mengganggu........


"AKU BENCI DIRIKU YANG SEPERTI INI"


Aku mau berubah kembali menjalani hari-hari dengan gembira dan tak ada pikiran yang bergemuruh riuh, seakan terbelenggu duka yang memang ikhlas melepasnya pergi belum benar-benar seikhlas itu. aku masih membutuhkan sosoknya dan sangat ku butuhkan dalam prosesku ini, dukungan dari nya yang selalu menjadi penyemangatku untuk terus maju, seakan hilang berdampingan dengan kepergiannya. Namun aku masih memiliki keluarga yang lain, ibuku, kaka-kakaku dan teman-temanku yang selalu mendukung setiap proses yang sedang ku jalani, mereka harus bisa menyaksikan bahwa aku bisa ke titik dimana aku memimpikan cita-citaku ini, aku masih bisa mempersembahkan semuanya nanti kepada mereka yang selalu berdiri dibelakangku untuk mendukungku agar terus maju, oleh karena itu aku harus bisa bangkit jangan terbelenggu rasa duka yang selalu menghatui pikiran dan perasaan mu.


BANGKITLAH DARI KETERPURUKANMU........


Aku memang masih menjalani hari-hari yang sama namun ada rasa yang masih mengganjal, aku memang lebih banyak tertawa dan bercanda ria dengan keluarga dan teman-temanku, seakan pikiran dan perasaanku sudah berdamai seperti sediakala. Tetapi itu semua tidak berlaku disaat diriku sendiri, rasa tidak ikhlas itu seringkali muncul dibarengi dengan masa-masa yang telah ku lalui dengannya. Memori kebersamaan dengannya yang tersimpan dipikiranku begitu melekat hebat, ya Tuhan aku benci perasaan yang seperti ini, seakan ikhlas ku semuanya bohong.

Peralihan rasa itu muncul dimana setiap tengah malam aku merapihkan kamar, terkadang barang-barang yang sudah tersusun dengan rapih, ku acak kembali dan ku rubah posisi agar terlihat lebih rapih sempurna, kebiasaan ini terus terjadi setiap tengah malam tiba, dan aku mengerti dan paham bahwa yang sedang terjadi pada diriku bersangkutan dengan emosionalku yang tidak stabil sehingga mentalku terganggu.

"AKU INGIN SEMBUH, AKU INGIN HIDUP DENGAN PERASAAN YANG DAMAI, AKU INGIN BENAR-BENAR IKHLAS", tapi kenapa itu sulit sekali ku lakukan?..........  Cara apa yang harus dilakukan agar semuanya kembali utuh tanpa adanya benalu yang menghantuiku lagi?

Keterbukaan terhadap keluarga, teman, memang membuatku seakan merasakan kedamaian itu kembali, namun itu hanya bersifat sementara tak lama dari itu perasaan nya pun datang kembali dan membuatku semakin terpuruk, dan lagi-lagi ku pendam dengan sendirinya ketika perasaan itu kembali menghantuiku,  aku butuh konsultasi ke konselor  atau psikolog namun itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sedangkan pekerjaan saja aku masih belum punya, jika mengandalkan keluarga takut membuat beban mereka semakin bertambah dan rasa sedih mereka dengan kondisiku yang begini makin bertambah pula.

Sebagai validasi seringkali aku menutup diri, banyak bermain media sosial, menonton video-video pendek, dan banyak tidur agar pikiranku yang seperti itu bisa teralihkan, namun tanpa kurasa hal tersebut membuatku malas dan berdampak tak percaya diri, aku jadi takut ketemu orang-orang, merasa tidak enak hati, merasa takut salah ketika beraktivitas dengan orang lain, dan insomnia pada jam-jam tertentu, padahal semua yang ku rasakan itu hanya lah ketakutan-ketakutan yang muncul pada pikiranku saja, yang sebenrnya terjadi tidak akan seperti apa yang aku rasakan dan pikirkan. 


Yaaaa Tuhaaannnnn aku bingung.......... 


Semakin hari hidupku semakin tak terarah dan bagaimanapun caranya aku harus menemukan arah hidup itu kembali meski dengan apa yang kurasakan selalu menghantui pikiran dan perasaanku, aku harus bisa melawannya dan aku harus menyadari bahwa itu semua bisa menghancurkan hidupku secara perlahan jika aku tidak bisa merubahnya. Tapi aku harus merubahnya darimana?, mulai dengan apa? dan Jalan mana yang harus ku ambil?

Aaaakkkkkhhhhhhh............. ingin sekali aku berteriak ditengah gemuruh riuhnya pikiranku, aku kebingungan ya Tuhan, bantu aku menemukan solusi dari masalah ini. 

Dan pada akhirnya yang harus kuperbaiki adalah jiwaku, aku harus bisa menyembuhkan jiwaku, aku tahu bahwa jiwakulah yang sakit, sehingga membuatku memiliki pikiran-pikiran yang seperti ini. 

Mental yang sakit terkadang lebih beresiko terhadap kesehatan tubuh kita dibandingkan hanya sakit fisik, dan dampak nya bisa menghancurkan kehidupanmu sendiri, dengan begitu, menjaga mental untuk selalu sehat sangatlah penting. 

Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, banyak permasalahan yang hadir dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Salah satu hal yang ditimbulkan ialah gangguan mental yang di akibatkan oleh perjalanan kehidupan seseorang (Kusuma, 2019). Berdasarkan data Riskesdas 2013, penduduk Indonesia mengalami gangguan mental dengan prevalensi 1,7%. Tahun 2018, tercatatsebanyak 9.162.886 kasus atau 3,7% dari populasi yang mengalami gangguan mental (Ayuningtyas  dkk.,  2018). Adapun kasus gangguan mentalterbanyak ditemukan di Provinsi DI Yogyakarta, Aceh, dan Sulawesi Selatan dengan gejala-gejala depresidan kecemasan sekitar 6% kasus  (Ayuningtyas dkk., 2018). Melihat data-data yang ada mengenai gangguan mental, isu kesehatan mental pun menjadi hal yang disoroti dalam beberapa tahun terakhir. Pada mulanya, isu mengenai kesehatan mental hanya terbatas pada individu yang mempunyai gangguan jiwa dan tidak diperuntukkan bagi individu yang normal. Namun, seiring perkembangan zaman, kesehatan mental tidak hanya untuk orang yang mengalami gangguan kejiwaan tetapi juga bagi orang yang sehat yaitu tentang bagaimana mereka mengeksplor dirinya sendiri dengan lingkungan. Di Indonesia, agama menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan masyarakat.

Indonesia merupakan negara yang secara filosofis mengakui eksistensi agama dalam kehidupan bernegara, Abdillah (2013) . Hal ini pun tercantum dalam pasal 29 ayat 1 juga Pancasila pada sila pertama. Maka, pada aspek kehidupan masyarakat Indonesia tidak melepaskan nilai-nilai agama yang dianutnya, termasuk dalam hal kesehatan mental. Sedangkan agama dan spiritualitas berhubungan dengan kesehatan mentaldalam artian jelasnya ajaran agama telah menjadi salah satu tuntunan untuk kesehatan mental dalam rujukan agama. Pada perkembangannya, kesehatan mental juga dikaji dalam bidang ilmu Psikologi Agama. Ying (2009)

Menurut Ramayulis, (2020) Psikologi Agama merupakansalah satu ilmu kejiwaan yang pertama kali diperkenalkan di Jerman, pada abad ke-19, tahun 1875 M. Memasuki abad ke-20 kajian mengenai ilmu  tentang jiwa yang berupa kesehatan mental sudah jauh berkembang lebih pesat sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi modern. Dalam Islam, terapiatau solusi untuk kesehatan mental dalam islam sudah ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Quran.

Beberapa ayat-ayat  Al-Qur'anyang membahas tentang ketenangan dan kebahagiaan adalah Surah An Nahl Ayat 97. Dalam surah tersebut memilki arti "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan". Kemudian dijelaskanjugadalam Surah Ar Ra'ad Ayat 28 yang memiliki arti"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat  Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram".

Adanya solusi untuk meningkatkan kesehatan mental di dalam kitab Al-Qur'an, maka orang-orang pun mulai mencari beberapa terapi yang berkaitan dengan  agama, termasuk dalam Islam. Psikoterapi Islam pun mulai diperkenalkan, yaitusebagai terapi yang diberikan dengan kembali mempelajari dan  mengamalkan ajaran agama Islam.

Penelitian mengenai Psikoterapi Islam mulai dilakukan pada 20 tahun terakhir. Psikoterapi Islam merupakan proses penyembuhan gangguan dan penyakit yang mencakup gangguan fisik, mental, spiritual, dan karakter yang didasarkan pada nilai-nilai Islam yang berasal dari Al-Quran dan hadist. Dalam psikoterapi Islam, jiwa manusia (psyche) dibersihkan dari keburukan, kejahatan, dan segala elemen yang kurang baik yang merusak jiwa dan menjauhkan manusia dari Tuhan (Allah  SWT) yang menyebabkan manusia menjadi mengalami gangguan.

Sebagaimana diketahui bahwa ajaran agama Islam mengandung tuntunan agarkehidupan manusia bebas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan sebagainya.Tak hanya dengan membaca dan memaknai ayat-ayat Al-Qur'an, Islam pun mengajarkan doa untuk mendapatkan ketenangan hati. Dalam doa-doa, seseorangmemohon agar kehidupannya diberi ketenangan, kesejahteraan, keselamatan, baik dunia dan akhirat. Menurut Arif (2020) Islam hadir menawarkan konsep psikoterapi dalam meningkatkan kesehatan mental dan kesehatan mental dengan spiritual. Al-Qur'ann dan Al-Hadits merupakan prinsip dalam ajaran Islam yang memberikan arahan serta petunjuk kepada orang-orang dalam menjaga temperamen mereka untuk mencapai kebahagiaan sejati. Al-Quran menghadirkan istilah jiwa yang tenang, sedangkan Al-hadits menyebutnya sebagai fitrah (tenang). Sedangkan menurut Hayati dkk. (2015), Keduanya merupakan prasyarat atau naluri manusia untuk kesejahteraan psikologis yang harus dimiliki setiap muslim. Hidup dengan jiwa yang tenang harus berdasarkan fitrah yang telah diberikan oleh Allah yaitu akidah dan tauhiid.  Tentu  saja fitrah ini membutuhkan sesuatu yang memeliharanya dan membuatnya tumbuh menjadi lebih baik. Sesuatu  yang bisa melindungidan membuat fitrah menjadi lebih baik tidak lain adalah syariat agama yang diturunkan oleh Allah (Taimiyah, 2018).

Sebagaimana cerita diatas sesuai dengan apa yang sering dibahas dalam mata kuliah prodi Bimbingan dan Konseling Islam, salah satunya mata kuliah psikoterapi Islam, Psikoterapi Islam merupakan proses medis untuk menyembuhkan penyakit mental, spiritual, mental, dan fisik melalui bimbingan dari Al-Quran dan Al Sunnah. Sejarah menunjukkan bahwa  kehebatan seseorang  bisa terjadi  karena  dampak  iman  kepada  Allah  SWT dan  rukun iman  lainnya dalam menyembuhkan jiwa manusia dari segala penyakit. Iman dapat mengatasi keresahan dan stres dalam hidup, mengembalikan kedamaian dan ketenangan jiwa, serta membantu manusia kembali berperan sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi ini. Dalam Islam, penyakit diyakini sebagai ujian dan cobaan dari Allah SWT. Terapi rohani seperti zikir, doa, dan membaca Al Quran dapat membantu pasien meringankan stres dan  mendapatkan  ketenangan  batin. 

Menurut Adz-Dzaki, tujuan psikoterapi Islami adalah memberikan bantuan kepada individu agar mencapai  kesehatan  jasmani, rohani,  dan  moral,  atau  sehat  secara  mental,  rohani,  dan  moral.  Psikoterapi Islam  tidak  hanya  bertujuan  untuk menyembuhkan  penyakit,  tetapi  juga  untuk  meningkatkan  kualitas masalah  internal  atau  jiwa  seseorang. Psikoterapi Islam merupakan  proses  pengobatan  dan  penyembuhan yang  mengikuti  tuntunan  Al-Quran  dan  Al-Sunnah Nabi Muhammad SAW,  atau  secara  empiris  melalui bimbingan dan ajaran Allah, malaikat-Nya, rasul-Nya, atau para ahli waris para nabi-Nya.

Menurut Imam Al-Ghazali, kesehatan mental tidak hanya membahas tentang konsep gangguan serta  penyakit kejiwaan, tetapi juga merumuskan seseorang tentang bagaimana perkembangan jiwanya menuju kesejahteraan dalam kehidupan (Jaya, 2002). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline