Naskah bukan sekedar naskah. Dalam Teater Ayahku Pulang Karya Usmar Ismail ini menyimpan banyak sekali Pesan yang ingin disampaikan oleh Penulis Naskah. Yaitu, Usmar Ismail (20 maret 1921- 02 Januari 1971). ia adalah seorang sutradara film, sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia yang berdarah Minangkabau.
Ia dianggap sebagai pelopor perfilman di Indonesia. Ia dikenal sebagai pelopor drama modern diIndonesia dan juga Bapak Film Indonesia. Dalam Naskah terdapat pesan yang menyampaikan perasaan luka, benci, amarah, dan penyakit hati lainnya yang mesti kita pelajari dari naskah ini. Dan Harus kita antisipasi bagaimana cara mengatasinya agar tidak menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
Lakon dibawakan oleh Teater Dza `Izza Pada Tahun 2019 dengan Para Pemain terdiri dari Santriwan dan Santriwati Pondok Pesantren Darul Qolam 3 yang dipimpin oleh Ustaz Ahmad Moehdor al-Farisi. Dalam Chanel Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=HE0rJInN79w terdapat 5 Pemain, Yaitu :
1. Maulana Syarif Al-Ghiffari Sebagai Raden Saleh / Ayah
2. Alamanda Mutia Mardian Sebagai Isteri Raden Saleh / Ibu
3. Syarief Asraf Sebagai Gunarto
4. Gibran Willy Sebagai Maimun / Adik Laki-Laki Gunarto
5. Nisa Qurotull Ayyun Sebagai Mintarsih / Adik Perempuan Gunarto
Pada pembukaan, pandangan saya langsung tertuju pada Penataan Panggung yang sederhana yaitu hanya rumah sederhana dengan bilik bambu dengan suasana perkampungan yang sangat luar biasa dilengkapi dengan suara takbir yang menggema melengkapi kesan pertama saya terhadap teater ini.
Cerita ini diawali dengan menampilkan tokoh Ibu yang sedang menjahit, lalu pakaian yang dikenakan oleh Ibu serta anaknya menambah kesan perkampungan yang sangat luar biasa. Setting suara yang disajikan pada teater ini berhasil memanjakan penonton dan membuat hanyut seketika.
Alur cerita di awal sudah menunjukkan Ketidaksukaan Gunarto Atas Perlakuan Ayahnya yang telah meninggalkan keluarganya. Terungkap ketika Ibunya Terhanyut dalam Gema Takbir. Beliau berkata "Pada malam hari raya seperti inilah Ayahmu pergi dengan tidak meninggalkan sepatah katapun" .
Lalu dengan nada kesal Gunarto menjawab "Kenapa masih Ibu ingat lagi masa yang lampau itu? Mengingat orang yang sudah tidak ingat lagi kepada kita?". Lalu pada saat sang adik Maemun dan Mintarsih membicarakan dan berkata bahwa ia bertemu dengan Seseorang yang mirip sang ayah dan Ibu nya pun merespon apakah itu Mungkin ayahnyu?, Gunarto dengan tegas berkata "Ah Bu, lupakan sajalah apa yang sudah berlalu itu".