Lihat ke Halaman Asli

Tentang Bote

Diperbarui: 1 Mei 2019   21:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Apakah kalian tau siapa Bote ini ? 

Bote merupakan pahlawan pembela kemerdekaan Indonesia. Beliau lahir di Mamalayang (Manado), Sulawesi Utara, pada tanggal 14 Februari 1925. Ia anak ke-4 dari 11 bersaudara. Petrus Monginsidin adalah nama ayahnya, sedangkan Ibunya bernama Lina Suawa. Bote adalah nama panggilan kesayangan keluarga dan teman-temannya untuk dirinya. Nama aslinya ialah Robert Wolter Monginsidi.

Pendidikan beliau setelah tamat dari HIS (setingkat SD) pada tanggal 1931, melanjutkan studi ke MULO ( setingkat SMP ) di Manado, setelah itu beliau melanjutkan ke sekolah Pertanian yang didirikan di Jepang. Ia berbakat pada bahasa asing, sehingga beliau lulus dengan sangat memuaskan. Pada usia 18 tahun beliau sudah mulai mengajar di Liwutung (Minahasa), dan di Luwuk ( Sulawesi Tengah ). Ia pandai berbahasa Belanda, Inggris, Jepang. Bukan kah beliau sangat muda dalam usia tersebut ia sangat bisa menguasai bahasa-bahasa tersebut. Tak sampai disitu beliau kembali bersekolah lagi di SNIP di Makasar.

Saat Indonesia kembali akan diserang oleh Belanda. Beliau berhenti untuk mengajar dan bergabung dalam barisan pejuang muda Indonesia di Makasar. Beliau memimpin serangan kepada pos tentara Belanda yang ada didalam kota pada 27 Oktober 1945. Pada 17 Juli 1946 dibentuklah LAPRIS ( Laskar Pemberontakan Rakyat Sulawesi Selatan ), laskar tersebut diketuai oleh Ranggong Daeng Romo dan Bote sebagai sekretaris jenderal. Bote sering melakukan penyamaran untuk mengetahui kelemahan Belanda.

Belanda melakukan razia besar-besaran untuk menghentikan perjuangan para pemuda ini pada 28 Februari 1947. Beliau yang sedang melakukan penyamaran tertangkap dalam razia tersebut dan dimasukkan ke penjara. Beliau bersama Abdullah Hadade, H.M. Yoseph, dan Lewang Daeng Matan berhasil meloloskan diri pada 27 Oktober 1947, melalui cerobong asap dapur. Pada saat itu Belanda sangat marah dan menawarkan hadiah besar untuk informasi tentang Wolter. Akibatnya beliau terdesak dan tidak leluasa dalam bergerak. Akhirnya, beliau ditangkap kembali oleh Belanda.

Saat tertangkap Belanda membujuk Beliau untuk bekerja sama, tetapi Beliau menolaknya. Akhirnya, Belanda pun menjatuhkan hukuman mati. Pada 26 Maret 1949, ia dibawa ke Pacinang untuk menjalankan hukuman mati. Perasaan beliau tetap tenang dan penuh dengan keberanian, walaupun ia mengetahui akan menjalankan hukuman mati. Robert Wolter Monginsidi mengepalkan tangannya bagian kanan sambil memekikkan " Merdeka".

" Saya telah relakan diriku sebagai korban dengan penuh keikhlasan memenuhi kewajiban buat masyarakat kini dan yanga akan datang, saya percaya penuh bahwa berkorban untuk tanah air mendekati pengenalan kepada Tuhan yang Maha Esa. Jika jatuh sembilan kali, bangunlah sepuluh kali, jika tidak bisa bangun, berusahalah untuk duduk, dan berserah kepada Tuhan." Robert Wolter Monginsidi.

Robert Wolter Monginsidi dieksekusi pada 5 September 1949, oleh tim penembak. Kemudian jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Mekarsari ( 10 November 1950 ).

Robert Wolter Monginsidi dianugrahi gelar Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden RI pada 6 November 1973 No. 088/TK/TAHUN 1973. Beliau juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, Bintang Mahaputra ( Adipradana).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline