Lihat ke Halaman Asli

Ramadan tiba: War takjil menciptakan kehangatan antar umat beragama "Untukmu agamamu, untukku takjilmu

Diperbarui: 8 Januari 2025   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHOSuasana pasar kaget takjil di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Selasa (12/3/2024).

Tak terasa bulan suci ramadan akan segera tiba. Bulan yang penuh berkah serta ampunan, yang banyak dinantikan bukan hanya oleh umat muslim saja namun umat non muslim juga. Ramadan bukan hanya tentang momen ibadah saja, tetapi kesempatan untuk bisa membangun kebersamaan, saling menghormati, menghargai, serta mempererat tali persaudaraan antar umat beragama. Salah satu hal yang paling ditunggu dari bulan ramadan adalah berburu takjil atau lebih dikenal dengan war takjil. 

War takjil bukan berarti perang dengan kekerasan, namun ini adalah sebuah istilah yang merujuk pada keseruan kegiatan berburu takjil untuk berbuka puasa yang dilakukan oleh umat muslim dan non muslim agar tidak sampai kehabisan. Fenomena ini berawal dari banyak orang dari agama lain yang tertarik dan ikut berburu takjil, hingga menjadi viral dengan adanya konten-konten yang mengangkat tema tersebut dan menjadi tren selama bulan ramadan. 

Seperti cuplikan video yang viral, seorang pendeta yang bernama Steve Marcel mengajak para jemaatnya untuk turut serta dalam berburu takjil untuk memeriahkan bulan ramadan. Ia mengatakan bahwa, “soal agama kita toleran, tapi soal takjil kita duluan” . “Jam 3 (sore) mereka masih lemes, kita sudah standby”, disambut dengan gelak tawa. Tak hanya itu, muncul berbagai jokes ( gurauan ) dan komentar lucu dari teman-teman muslim di media sosial seperti, “Awas ya kalian, nanti pas paskah kami borong semua telurnya, supaya paskah pakai kinder joy” , “Untukmu agamamu, untukku takjilmu”. 

Selain memeriahkan bulan ramadan, secara tidak langsung masyarakat non muslim turut berkontribusi dalam membantu perekonomian para pedagang takjil dengan memborong dagangan tersebut, dikarenakan banyak makanan yang susah dicari, namun ketika bulan ramadan makanan tersebut mudah ditemukan, sehingga membuat para pedagang takjil merasa senang karena dagangan mereka sudah habis terjual. 

Di dalam bulan ramadan juga dianjurkan untuk memperbanyak bersedekah, bersedekah itu banyak bentuknya. Ternyata membeli takjil, atau suka jajan termasuk sedekah, menurut Gus Baha, tidak sedekah namun suka jajan itu termasuk dalam kategori sedekah, karena kata beliau, memberi keuntungan penjual 200 perak itu lebih sopan daripada memberinya uang secara cuma-cuma. “Penjualnya senang, dagangannya laris dan dia tidak tersinggung. Daripada sedekah 2.000 ada potensi tersinggung”, jelasnya. 

Agama Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin atau rahmat bagi seluruh alam yang hadir membawa kedamaian dan ketenteraman bagi siapapun, baik muslim maupun non muslim. Seperti halnya ramadan, bukan hanya momen ibadah saja tetapi juga bisa sebagai pemersatu bangsa, serta agama yang beragam. 

Dengan ini diharapkan kita semakin memperkuat tali persaudaraan, menghargai, bertoleransi dan saling menghormati antar umat beragama. 

Referensi: 

https://al-jamiah.radenintan.ac.id/war-takjil-ramadhan-dan-nilai-toleransinya-dalam-kehidupan-umat-beragama/

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20240321162328-277-1077273/kenapa-takjil-jadi-buruan-umat-lintas-agama/amp

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline