Lihat ke Halaman Asli

Huru-Hara Manohara

Diperbarui: 26 Juni 2015   20:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejak hari Minggu kemarin, Manohara Odela Pinot, model Indonesia berdarah Bugis-Prancis yang juga istri dari pangeran Kelantan Malaysia, Pulang ke Indonesia setelah berhasil kabur dari sekapan keluarga kerajaan.
Wanita ini berhasil mengguncang publik Indonesia lewat kisah hidupnya yang dramatis. Yang terukir lewat pemberitaan di media-media dan berhasil membenturkan kembali dua negara serumpun, Indonesia dan Malaysia setelah problematika blok Ambalat belum juga usai.

Ada banyak hikmah di balik ini semua. Selain berkaca dari perjuangan seorang ibu yang dengan gigih membela anaknya disaat terpuruk, juga peristiwa ini kembali menampar wajah birokrasi Indonesia. Betapa tidak, Indonesia (dalam hal ini KBRI dan pihak pertahanan republik ini yang terkait) di anggap tidak becus dalam menyelesaikan pembebasan Manohara. Bahkan ketidakbecusan ini bukan hanya menimpa Manohara saja, melainkan juga TKW dan nasib TKI di malaysia yang terus terbengkalai oleh lemahnya pertahanan negeri ini untuk melindungi warga negaranya. Malu Indonesia jika pada akhirnya prestise dan pujian dari warga negaranya sendiri justru di tujukan kepada negara lain yang lebih 'serius' menangani perlindungan terhadap manusia.

Saya kembali menyoroti lambannya respon petinggi negeri dan instansi terkait yang seharusnya melayani dan melindungi masyarakat, namun justru melalaikan kewajibannya. Memang hidup dalam sistem sekarang yang tak jelas arah dan tujuannya, yang terus merendahkan harga diri manusia, di jamin tidak membawa pada kemashlahatan. Adanya kesalahan individu-individu tertentu yang menyiksa manusia lainnya memang tidak bisa dinafikkan, namun di sinilah peran negara menjadi penting. Negara berhak memasuki ruang yang tadinya masuk wilayah privat jika dalam hal ini bisa mengancam jiwa dan keselamatan seorang manusia.

Apalagi ini seorang wanita, makhluk yang di ciptakan Tuhan dengan segala kesempurnaannya. Istimewa karena wanita akan menjadi seorang ibu dimana saat dia melahirkan maka di situlah pahalanya setimpal laksana jihad. Maka bukan sesuatu yang luar biasa jika pada zaman Kekhalifahan Islam. coba bayangkan, Khalifah al Mutassim Billah mengirimkan pasukan tentaranya hanya untuk membela satu orang muslimah yang diganggu oleh yahudi. Hal ini membuktikan betapa Khilafah(bentuk negara pada saat itu) membela kehormatan seorang wanita, yaa, karena kehormatan wanita wajib di lindungi hak-haknya oleh negara.

Dan bandingkan dengan sekarang, Manohara hanya secuil kasus kekerasan terhadap wanita. Dan di luar sana beribu-ribu kasus juga menikam wanita di mana kehormatan wanita muslimah sudah menjadi bulan-bulanan para tentara Israel, di mana para muslimah di perkosa oleh tentara AS di Palestina, di mana para wanita muslimah di siksa jika tidak melepaskan jilbabnya di Turki sana. Dan HAM yang mereka gaung-gaungkan (oleh pro Barat), ternyata di langgar sendiri oleh mereka dan pemuja-pemujanya. mereka mereduksi konsistensi mereka sebagai seorang pemuja ideologi Kapitalisme. HAM hanya berlaku untuk 'kepentingan' tertentu yang memojokkan Islam. di luar daripada itu, percayalah, HAM tidak akan berkutik sedikitpun.

Masihkan kita harus belajar kepada Manohara-Manohara selanjutnya dan mengharap sistem yang telah menduakan pengabdian yang seharusnya untuk melindungi rakyatnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline