Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Dongeng dari Negeri Impian berjudul Kesetaraan Gender

Diperbarui: 26 Juni 2015   20:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukan serba kebetulan jika akhir-akhir ini telinga anda di buat bosan dengan wara-wirinya kasus yang ‘melecehkan' martabat perempuan Indonesia. Dari kasus KDRT Maya Estianti, Kasus pernikahan dini Lutviana Ulva oleh Pujiono Cahyo, Kasus Poligami Rhoma Irama yang lagi-lagi di sorot sejak anaknya menjadi beken, dan yang terbaru ,Kasus Pelecehan seksual Manohara Odelia Pinot. Saya bukan pengikut setia Infotainment masa kini, namum mengkritisi pelbagai kasus yang bersliweran di ranah televisi, membuat saya bertanya dalam hati, Ada apa ini?

Bukan tanpa sebab pula jika sutradara perempuan sekaliber Nia Dinata sampai harus membuat film bertajuk ‘Berbagi Suami'. Bukan tanpa maksud jika film seperti Perempuan berkalung sorban, Sinetron Muslimah dan Hareem di benturkan sedemikian agar di ketahui publik secara luas. Seluruh aktivis-aktivis yang mengaku peduli nasib perempuan pun di kerahkan di bawah naungan LSM-LSM bermodal kucuran dana dari The Asia Foundation untuk turun kelapangan. Sampai-sampai, Caleg perempuan sekelas Rieke Dyah Pitaloka sampai Nurul Arifin bergema untuk turut memenuhi zona legislatif demi memperjuangkan hak perempuan.

Pemblow-up an kasus-kasus di atas membuka mata saya bahwa ada skenario besar di balik ini semua. Secara sistematis dan konsisten mereka memperjuangkan gagasan kesetaraan gender yang cukup absurd secara substansi. Meski rapuh dalam solusi dalam menyelesaikan berbagai kasus atas nama gender, Mereka aktivis-aktivis feminis tetap saja pede untuk menyuarakan pemikiran nyeleneh mereka agar tetap eksis di permukaan.

Pernahkah anda mendengar?

Bila Perempuan Barat berhenti bekerja dan lebih memilih di rumah, maka itu adalah sebuah "PENGORBANAN AGUNG" Akan tetapi...
Bila Perempuan Timur berhenti bekerja dan lebih memilih di rumah, maka itu adalah sebuah "KEMUNDURAN BESAR.

Mengapa demikian? Sampai bisa terjadi perbedaan pandangan yang terbalik 180 derajat dari belahan bumi yang satu dengan belahan bumi yang lain.

Ada skenario besar yang bisa kita simpulkan dari pernyataan seorang filsuf bernama Socrates.

Bila gender 50/50 ingin dicapai, maka jangan sampai intitusi keluarga terbentuk, entah melalui seks bebas, aborsi, pembunuhan bayi, mencegah ibu mengasuh anaknya, perkawinan semalam dan sebagainya. Hilangkan maskulinitas pria. Pria juga harus dibebaskan dari mitos-mitos bersikap melindungi wanita. Kesempatan sama-resiko sama"

Ya, Tujuan Kesetaraan Gender tak lain adalah memfeminimkan pria dan memaskulinitaskan wanita.

Jika pria boleh bekerja di luar dan pulang malam, maka wanita boleh melakukan hal yang sama. Jika wanita biasa mengurus anak dan rumahtangga, maka pria pun wajib melakukan hal yang sama. Jika Pria bisa memperbaiki genteng yang bocor, maka wanita pun harus melakukannya

Tujuan lainnya adalah menghancurkan institusi keluarga sebagai basis pertama dalam mendidik generasi berkualitas dengan tujuan akhir untuk menghancurkan peradaban bermutu yang mulai mengarah kepada kebangkitan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline