Lihat ke Halaman Asli

Reinkarnasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cinta itu bagaikan nafas,
Yang diperlukan untuk menyuplai oksigen dalam tubuh,
Lalu melapisi sel otak,
Dan memberi hidup.

Rindu itu seperti jantung yang berdetak,
Yang memompa dan mengalirkan darah,
Menyebar luas bahkan ke ruang-ruang sempit,
Dan memenuhi tiap relung kosong.

Peduli adalah gerak refleks tubuh dari rangsangan,
yang hadir tidak hanya saat dibutuhkan,
tapi setiap waktu,
untuk melindunginya, untuk menjaganya.

Kemudian,
harapan pun membentuk sayap-sayap kasat mata,
Yang akan membawa kau dan aku terbang,
Menuju langit tertinggi,
Menjadi bintang paling terang.

Namun, saat ini aku telah mati.
Tidak lagi bisa bernafas.
Kau telah menancapkan pisau berkali-kali di jantungku,
Lalu membakar sayap-sayapku.

Kau bukan nafasku,
Bukan detak jantungku,
Bukan pula gerak refleks milikku.

Tapi biarlah...
Aku hanya ingin mati dengan tenang.
Tanpa ada darah yang mengalir keluar dari jantungku lagi,
Tanpa ada rasa terbakar yang menyakitkan.

Dan aku ingin bereinkarnasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline