Nama : Nur Imamatuz Zakiyah
Nim : 1130022151
Prodi : S1 keperawatan
Universitas: nahdatul ulama Surabaya
Sejarah Lima Milenium Perkembangan Perawatan Luka Perawatan luka selalu dipandang sebagai hal yang mudah, tapi akan sangat berbeda waktu masuk ranah praktik. Sebelum mengenalnya seperti sekarang, termasuk dalam bentuk hydrocolloid dressing yang mutakhir, perawatan luka butuh waktu lima milenium sebelum mencapai bentuknya sekarang.
Jayesh B. Shah, dalam artikel ilmiah berjudul The History of Wound Care (The Journal of the American College of Certified Wound Specialists, 2011) menjelaskan bahwa upaya menyembuhkan luka sudah ada sejak tahun 2000 SM.
Naskah medis tertua, berupa tanah liat dari peradaban Mesopotamia, yang kerap menjadi rujukan awal sejarah perawatan luka. Tablet tadi menjelaskan tiga prinsip dasar penyembuhan luka yang diikuti hingga detik ini : mencuci luka, membuat plester, dan membalut. Kebiasaan membersihkan luka juga berlanjut pada para tabib di masa Yunani Kuno. Mereka mencucinya menggunakan campuran air bersih, cuka atau anggur. Bahkan Hippokrates dalam bukunya menulis bahwa "anggur manis" adalah obat radang lambung yang akut.
Kemudian para dokter dari Romawi Kuno menyempurnakan proses perawatan luka dengan merumuskan empat tanda infeksi luka yakni "rubor, tumor, calor, er dolor" (kemerahan, bengkak, (terasa) panas dan nyeri).
Masuk Abad Pertengahan (400-1500 M), justru terjadi sedikit kemunduran. Saat itu, praktik yg poly dilakukan adalah membiarkan luka sedikit membusuk. Barulah pada abad ke-18, pembedahan mulai dianggap sebagai cabang kedokteran yang terpisah dan dihormati. Masuk abad ke-19, teknik antiseptik mencuat dan menjadi terobosan besar sebab sukses menurunkan angka kematian. Keperawatan Holistik oleh Florence Nightingale
Pada tahun 1854, selama Perang Krimea, perawat Inggris yakni Florence Nightingale percaya bahwa "sanitasi, udara segar, suasana tenang, nutrisi yang baik, dan perawatan yang dilakukan secara efektif" bisa meningkatkan kesembuhan orang sakit dan yang terluka secara drastis. Lister juga dianggap mengembangkan pembalut jenis basah-ke-kering pertama, yakni cotton batting bersih direndam dalam asam karbol. Pada tahun 1890, Robert Wood Johnson, salah satu pendiri Johnson & Johnson, mulai memakai Sistem Antiseptik Lister buat mengembangkan kasa dan pembalut luka yang disterilkan dengan kasa kering.
Pembersihan Luka dan Debridement
Pada tahun 1880-an, buku teks tentang perawatan luka mulai menekankan pentingnya pembersihan kulit lebih dulu. Carl Reyher, seorang ahli bedah yang bekerja buat militer Rusia, merupakan orang pertama yang merekomendasikan penambahan pembersihan luka mekanis yang lebih ekstensif, yang disebutnya "debridement."
Debridement adalah terapi penyembuhan luka setelah proses pembedahan, mekanis, atau kimia dengan menghapus jaringan yang rusak atau mati untuk meningkatkan potensi penyembuhan jaringan sehat yang tersisa.
Perawatan Luka di Masa Perang Dunia I
Dari tahun 1909 hingga 1918, sebelum dan selama Perang Dunia I, pengunaan kasa kering yang dicampur garam ke luka adalah praktik yang umum dilakukan. Barulah pada akhir PD I, Angkatan Darat Inggris menggantinya dengan kain kasa yang sebelumnya dimasukkan ke larutan hipoklorit.
Perawat dan tenaga medis yang bertugas di garis depan diperintahkan untuk berfokus pada cara membalut luka yang benar sebelum membawa tentara yang terluka ke rumah sakit.
Evolusi Antiseptik Logam
Pada akhir abad ke-19, antiseptik logam diperkenalkan. Serbuk keramik perak ditemukan pada tahun 1928, dan pemulihan menggunakan perak senyawa sulfadiazin perak tersedia pada tahun 1958. Preparat ini digunakan secara luas untuk mengobati infeksi Pseudomonas dalam luka bakar.
Pada tahun 1974, aplikasi seng pada luka diklaim mampu mengakselerasi proses penyembuhan pada individu yang kekurangan seng. Hal ini jadi dasar pengembangan pasta seng sulfat Unna, yang masih digunakan sampai sekarang dalam pengobatan ulkus kaki kronis. Pengembangan antiseptik ini dan pengenalan antibiotik membantu menurunkan angka kematian dan mengendalikan infeksi.
Penyembuhan Luka Lembab
Abad ke-20 membawa banyak perubahan dalam cara kita merawat luka. Pada 1960-an, George Winter dan Cameron Hinman dan Howard Maibach melaporkan keunggulan teknik penyembuhan luka lembab (moist wound healing).
Perawatan Luka sebagai Spesialisasi Perawat
Spesialisasi formal pertama dari keperawatan luka, yang disebut sebagai keperawatan enterostomal, didirikan pada tahun 1958 di sebuah klinik negara bagian Cleveland, Amerika Serikat. Tapi, mereka baru mendapat sertifikasi dari otoritas kesehatan nasional pada 1980.
Perawatan Luka Modern
Pada abad ke-20, penyembuhan luka modern mencuat. Saat ini, ada lebih dari 5.000 produk perawatan luka. Kebanyakan dressing modern mengandung bahan yang sangat menyerap, seperti alginat, busa, atau karboksimetilselulosa.
Ada pula yang jenis dressing oklusif dan dressing semioklusif. Ada yang berfokus pada faktor pertumbuhan, pembalut berbasis madu tingkat lanjut, dan pembersih berbasis asam hipoklorit. Termasuk juga balutan berupa jaringan yang direkayasa secara biologis, Negative Pressure Wound Therapy (NPWT), dan terapi oksigen hiperbarik telah mengubah cara kita merawat banyak luka kronis saat ini.
Perawatan luka, yang sudah ada sejak peradaban awal manusia, berkembang dari waktu ke waktu. Ini lantaran sains turut belajar tentang bakteri, antiseptik, dan cara kerja tubuh manusia. Tapi prinsip dasar yang diutarakan para tabib Mesopotamia pada 2500 tahun lalu masih relevan hingga sekarang : membersihkan luka, mencegah infeksi, & menjaga kelembaban lingkungan lebih kurang luka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H