Direktur Eksekutif WALHI Jawa Barat, Meiki Wemly Paendog menceritakan pengalamannya bahwa masyarakat tidak menyangkal adanya sebuah perubahan iklim akan tetapi pemahaman mengenai perubahan iklim masih sangat minim, tak hanya masyarakat jurnalis pun seringkali minim pengetahuan mengenai perubahan iklim.
Hal yang perlu dibangun yaitu pemahaman untuk lebih mendalami konteks perubahan iklim terutama mengenai penyebab serta dampak yang tejadi.
Dalam pengalaman Meiki, para jurnalis kurang mendalami mengenai perubahan iklim. Karena kekurang pahaman mengenai perubahan iklim dan kurangnya riset secara mendalam akhirnya secara tidak sadar, jurnalis malah terjebak menyampaikan suatu isu atau solusi-solusi yang ternyata hal tersebut memberikan dampak.
Salah satu contohnya yaitu mengubah plasttik menjadi minyak, jika dilihat dari aspek lingkungan maka dampak dari mengubah plastik menjadi minyak terdapat proses pembakaran yang mana proses pembakaran tersebut mengeluarkan emisi dan zat polutif.
Solusi-solusi seperti ini kemudian di publikasikan oleh jurnalis tanpa adanya pembanding, Meiki menyatakan bahwa salah satu soulsi tersebut kurang tepat. Jika hal-hal tersebut terjadi, publikasi tersebut terasa tidak berimbang.
Sebagai salah satu aktivis atau jurnalis yang memiliki peran untuk memberikan pemahaman atau kesadaran kepada masyarakat, jurnalis harus memahami hal-hal tersebut dari akarnya terkait isu yang akan kita angkat, bukan hanya mengenai kesadaran saja yang diperlukan dalam mengangkat sebuah kasus dengan proses pengamatan.
Serta memanfaatkan jaringan untuk kegiatan wawancara dengan memadukan etika jurnalistik. Dengan pemahaman yang baik atau metode yang mudah dipahami misalnya dengan berkampanye langsung ke masyarakat serta sosialisasi informasi yang konsisten dapat mendorong masyarakat memahami masalah iklim.
Untuk memberikan pemahaman mengenai isu perubahan iklim, kita dapat mengandalkan sebuah media massa. Di era digital yang saat ini serba cepat, informasi pun dapat diperoleh dengan cepat, konteks penyampaian informasi harus gencar dilakukan. Akan tetapi sangat disayangkan, media massa hanya memberitakan perubahan iklim sesuai dengan momentum-momentum tertentu.
Menginformasikan mengenai perubahan iklim harus dilakukan secara konsisten seperti misalnya membuat produk-produk jurnalisme. Bagaimana sebuah informasi perubahan iklim ini sangat diperlukan masyarakat, hanya saja bagaimana cara mengemasnya, masyarakat lebih menyukai visualisasi akan tetapi masih banyak keterbatasan dalam pengemasannya.
Terkadang jurnal-jurnal ilmiah mengenai perubahan iklim masih kaku pembahasannya, karena terdapat keterbatasan. Seorang ilmuan hanya bisa meneliti dan tidak memiliki skill dalam bidang jurnalisme.