Player Unknown's Battlegrounds atau biasa disebut PUBG bacanya (pubji) ya bukan (PeUBeGe), Jika kalian membacanya PeUBeGe berarti kita sama. Oke kembali ke topik, Player Unknown's Battlegrounds atau PUBG ini adalah sebuah permainan yang happening dikalangan masyarakat khususnya kaum muda saat ini, permainan ini adalah sebuah permainan battle royale, dimana para pemainnya bisa bermain dengan 100 orang sekaligus bersama. Permainan yang dirilis pada bulan Maret 2017 ini adalah permainan yang membutuhkan strategi, strategi-strategi ini diperlukan agar pemain bisa sukses dalam game ini.
Nah, berbicara tentang strategi, strategi sendiri adalah sebuah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi tidak hanya berfungsi pada permainan saja, dalam beberapa hal kita memerlukan strategi terlebih dahulu sebelum memulai sesuatu. Begitupun di dalam sebuah bimbingan dan konseling, kegiatan bimbingan dan konseling ini huga memerlukan strategi, kenapa strategi dibutuhkan? Agar konselor dapat memahami masalah yang dihadapi oleh konseli dan konselor sendiri dapat memberikan respon yang sesuai dengan konseli tersebut dan dapat membedakan cara memberikan respons kognitif maupun respon afektif dalam mengatasi suatu permasalahan.
Strategi yang dilakukan oleh konselor juga harus di barengi dengan intervensi, maksud intervensi disin bukan dalam artian negative ya, maksudnya konselor akan ikut andil dalam membatu si konseli untuk menudian dapat menentukan bagaimana langkah berikutnya menyelesaikan masalah si konseli. Nah, jadi dalam BK juga diperlukan sebuah strategi dan intervensi. Jadi strategi dan intervensi dalam BK ini adalah suatu strategi untuk memahami serta membantu klien mencapai tujuannya. Dan akan membantu konselor dalam memahami dan memberikan respon respon yang sesuai dengan klien tersebut agar konseling yang terjadi dapat menghasilkan suatu tujuan atau pemecahan masalah.
Lalu bagaimana konselor dapat melakukan strategi dan intervensi yang baik, berikut adalah menyusun strategi dan intervensi:
Menyeleksi strategi, sebelumnya konselor harus terlebih dahulu menyeleksi strategi yang akan digunakan dalam memilih atau menyeleksi strategi, prosesnya harus dimulai dengan asumsi tertentu. Jadi sebelum memetuskan sebuah strategi konselor harus memahami masalah konseli terlebih dahulu, faktor lain yang juga memengaruhi pemilihan strategi adalah pengetahuan konselor tentang teori konseling tingkat pengalaman konselor dan kompetensi, serta pengetahuan khusus konselor terhadap intervensi.
Mengimplementasikan strategi, setelah menyeleksi dam memutuskan strategi yang akan digunakan langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan strategi tersebut, ketika konselor dan klien telah memutuskan strategi yang akan digunakan, konselor harus mempertimbangkan cara untuk menggunakan prosedurnya secara efektif.
Mengevaluasi strategi, evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana peningkatan klien dan juga melihat apakah sudah tercapai tujuan yang dituju dalam sebuah konseling. Evaluasi ini juga bisa untuk menilai keefektifan dari strategi tersebut. klien dan konselor dapat digunakan untuk menilai keefektivan strategi. Penilaian dapat dilakukan secara informal melalui laporan lisan hasil observasi selama wawancara. Dari evaluasi ini dapat dilihat apakah strategi yang dilakukan sudah cocok dengan kondisi konseli ataupun diperlukan strategi yang lain. Katena setiap konseli memiliki masalah yang berbeda-beda dan juga memerlukan strategi yang berbeda pula. Beberapa strategi yang berbeda mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah klien yang kompleks dan luas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H