Pada tahun 2019 dan 2020 kenaikan utang Indonesia diperuntukan untuk penanganan pembiayaan convid19. Pada tahun 2022 utang negara terjadi kenaikan yang signifikan. Pada 28 Februari 2022 utang pemerintah telah menembus mencapai Rp7014,58 Triliun. Jumlah inibertambah cukup signifikan dibanding posisi utang sebelumnya per 31 Januari 2022 yaitu Rp 6919,15 Triliun yang berarti telah terjadi penambahan utang sebesar Rp 94,53 Triliun.
Bertambahnya utang pemerintah menyebabkan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto atau PDB juga mengalami kenaikan. Pada bulan Januari 2022 rasio utang terhadap PDB adalah 39,63% sedangkan pada akhir Februari meningkat menjadi 40,7%. Dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, rasio utang pemerintah adalah 60 persen dan PDB.
Dengan berubahnya keadaan ekonomi di Indonesia, terjadi pula perubahan nilai tukar uang. Keadaan ekonomi yang memburuk menyebabkan inflasi. Inflasi tersebut menyebabkan kenaikan harga yang mempengaruhi rendahnya nilai tukar rupiah. Sedangkan perhitungan utang luar negeri mengikuti nilai tukar (kurs) rupiah berjalan, sehingga jika nilai tukar rupiah melemah akan sangat berpengaruh terhadap total utang luar negeri.
Defisit anggaran menunjukkan tanda positif dan berperngaruh terhadap utang luar negeri Indoensia. Jika defisit anggaran mengalami kenaikan sebesar Rp1 Miliar maka Utang uar Negeri akan naik sebesar US$9,039054 Juta. Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan adanya pendapatkaum keynes yang juga mengatakan bahwa alasan utama negara melakukan pinjaman ke luar negeri karena terjadinya defisit anggaran. Oleh sebab itu utang luar negeri digunakan untuk menutup anggaran pemerintah yang mengalami defisit anggaran. Defisit anggaran menjadi salah satu penyebab negara melakukan utang luar negeri untuk menutupi kesenjangan fiskal dan menutupi kelangkaan investasi. Jika defisit anggaran tinggi, maka akan menimbulkan kewajiban untuk membayar kembali utang tersebut pada jangka waktu yang telah disepakati. Jika hal ini terjadi pemerintah akan sulit mengendalikan kestabian laju perekonomian.Menurut penelitian Reza Fahlepi (2019), defisit anggaran memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri. Hal ini dikarenakan membesarnya defisit anggaran membuat pemerintah mencari modal untuk menutupi defisit tersebut agar proses pembangunan ekonomi tetap berjalan dan hal tersebut didapat dari utang luar negeri.
Nilai tukar rupiah (kurs) berpengaruh terhadap Utang Luar Negeri di Indonesia. Hal ini telah diuji menggunakan kurs rupiah terhadap dollar, hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa variabel tukar rupiah (kurs) berpengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri di Indonesia. Meningkatnya nilai kurs atau terdepresiasinya nilai tukar rupiah menyebabkan naiknya utang luar negeri Indonesia. Hal ini dikarenakan Indonesia membayar utang luar negeri dalam valuta asing.
Produk Domestik Bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap utang luar negeri di Indonesia. Kenaikan Produk Domestik Bruto juga diikuti dengan kenaikan utang luar negeri. Hal ini dikarenakan jumlah kenaikan Produk Domestik Bruto masih lebih kecil dari jumlah kenaikan utang luar negeri Indonesia yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Menurut hasil penelitian Jannah (2017), terjadi hubungan searah antara variabel Utang luar negeri dengan Produl Domestik Bruto, yaitu hanya variabel Utang Luar Negeri yang secara statistik mempengaruhi variabel PDB, dan tidak sebaliknya. Dalam jangka pendek, variabel Produk Domestik Bruto tidak mempengaruhi Utang Luar Negeri. Dalam jangka panjang, variabel Produk Domain Bruto berpengaruh signifikan terhadap Utang Luar Negeri di Indonesia. Analisis jangka panjang memiliki pengaruh negatif sehingga kenaikan Produk Domain Bruto akan menurunkan Utang Luar Negeri. Pemerintah harus mampu menguatkan sektor unggulan dan mampu menggali sektor non-unggulan agar dapat meningkatkan Produk Domain Bruto, sehingga tingginya pendapatan nasional akan mengurangi tingkat utang luar negeri Indonesia.
Sumber dana yang digunakan untuk Produk Domain Bruto berasal dari penerimaan dalam negeri. Ketika penerimaan dalam negeri belum tercukupi untuk membiayai pembangunan sesuai dengan target dalam rencana pembangunan jangka pendek maupun pembangunan jangka panjang, maka Indonesia akan melakukan utang luar negeri.
Berdasarkan literature, menerapkan menunjukkan bahwa Defisit Anggaran berpengaruh terhadap Utang Negara. Jika terjadi defisit anggaran pada pemerintah, maka pemerintah akan melakukan pinjaman/utang luar negeri untuk menstabilkan ekonomi. Selanjutnya Nilai Tukar atau Kurs berpengaruh terhadap Utang Negara. Nilai tukar rupiah salah satu variabel yang digunakan untuk memantau Utang Luar Negeri Indonesia. jika nilai tukar naik sebesar 1%, maka utang luar negeri akan meningkat sebesar 2,02%. Selain itu, Produk Domestik Bruto juga berpengaruh terhadap Utang Negara. Jika Produk Domestik Bruto meningkat maka hanya akan mengurangi permintaan akan pinjaman luar negeri untuk tahun berikutnya.
Selain variabel-variabel diatas masih ada faktor-faktor yang mempengaruhi Utang Negara. Pada penelitian selanjutnya dapat dikaji dan diteliti menggunakan varibale seperti ekspor, penanaman modal asing, jumlah uang beraedar ataupun inflasi yang dapat mempengaruhi Utang Negara. Penulisan artikel atau penelitian selanjutnya dapat menggunakan literatur yang lebih banyak dan beragam serta dapat menggunakan metode kaulitatif maupun kuantitatif sehingga dapat diketahui kondisi sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H