Lihat ke Halaman Asli

Nurifah Hariani

Guru yang suka membaca dan senang berkhayal

Angka Satu

Diperbarui: 13 Desember 2024   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara musik dangdut membuatku terbangun. Lampu sorot yang berpendar-pendar terang membuatku mataku berkerjap. Kutatap gundukan-gundukan tanah yang terbentang di hadapanku, beberapa nama pada batu nisan bisa terbaca terkena sorotan lampu. Dari tempatku duduk dapat kulihat keramaian di seberang jalan, Pak Haji Dana mantu, hiburannya panggung musik dangdut. Mas Marjo, suamiku tak pernah melewatkan acara seperti itu. Genre musik populer tradisional Indonesia itu sudah mendarah daging dalam dirinya.

Selain suka musik dangdut, Mas Marjo suka memasak. Terpaksa awalnya, karena aku yang sering sakit sedangkan tiga anak kami senang makan. Dari sekedar sayur bening yang bumbunya diiris dan dicemplung-cemplung, ia bisa membuat rawon, soto atau pun rendang. Gampang, katanya. Toh ada bumbu jadi dan santan instan. Anak-anak senang dengan masakan ayahnya, badan mereka tumbuh subur, sehat dan sejahtera, berbeda jauh dengan badanku yang makin kurus digerogoti penyakit.

Suara musik terdengar bertalu-talu, dangdut versi ori sampai koplo. Sampai kudengar lagu Angka Satu yang sering dinyanyikan Mas Marjo. "Makan-makan sendiri, makan-makan sendiri, cuci baju sendiri, tidurku sendiri". Liriknya sedih tetapi suamiku menyanyikannya dengan riang, sambil memasak, sambil memainkan sothil, sambil menggoyang-goyangkan pinggul . Anak-anak biasanya menghindar jika ayahnya bertingkah seperti itu. "Geli," kata mereka. Sedangkan aku bisa terbahak-bahak sampai keluar air mata saking takjubnya dengan kelakuan gila lelaki yang sudah menikahiku dua puluh tahun itu. Sekarang pun aku tak bisa menahan tawa mengingatnya, hingga tawaku berubah menjadi tangis yang tak tertahankan. Air mata deras mengalir di pipi. Bayangan Mas Marjo memudar, hilang terbawa angin. Aku masih belum tega meninggalkannya, ketika diabetes merengutku kemarin sore.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline