Bagi Bapak mertua, Presiden Republik indonesia itu hanyalah Sukarno. Bukan soal pandangan politik tetapi karena Sukarno adalah perokok. Bamer menempel gambar Sukarno yang sedang merokok bersama Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru di acara Konferensi I Gerakan Nonblok tahun 1960.
"Keren kan, tanpa Sukarno, Indonesia tidak akan merdeka," ucapnya selalu jika Bumer mengomel panjang lebar alas kali tinggi karena kegemarannya "ngudud". Bagaimana lagi, lha rokok sudah menjelma candu baginya. Jika Sukarno hanya merokok dua batang sehari itu pun setelah makan, Bamer bisa "ngudud" kapan saja dan di mana saja. Ia tak peduli asap rokok yang mengandung 7000 bahan kimia dan 50 di antaranya bersifat karsinogenik meracuni istri dan ketiga anaknya.
Rokok adalah produk yang berbahaya, maka di setiap kemasannya harus mencantumkan dengan jelas peringatan tentang bahaya merokok dalam bentuk gambar atau tulisan. Tetapi sebuah studi menyebutkan bahwa gambar-gambar yang menyeramkan itu hanya sedikit memberi efek jera. Termasuk Bamer, bahkan ketika sudah divonis terkena kanker nasofaring stadium empat.
Bamer tetap ngudud. Obat-obatan tidak berhasil menghentikan pertumbuhan benjolan di lehernya. Satu paket kemoterapi pun gagal. Kegemarannya sebagai ahli hisap makin menggila. Bamer bisa marah semarah-marahnya jika dilarang ngudud. Ada dokter yang memintanya berhenti merokok, eh dimaki-maki . Apalagi kami, anak mantunya, bisa-bisa meledak perang dunia ke empat.
Bumer yang biasanya cerewet sekarang memilih diam. Kami pun tak mau menjadi anak durhaka, jadi kami membiarkan pun tak berkomentar jika Bamer mau merokok .Sekarang Bamer menjalani sinar radioterapi yang harus dilakukan selama 31 pertemuan. Jika Bamer mau berangkat kami antar, jika tidak mau berangkat ya kami diam, anak-anaknya bergantian memberi uang karena Bamer tak bisa lagi bekerja. Akibatnya Bamer jadi ramah tak lagi marah-marah malah sekarang banyak tawanya.
"Nur, teman-teman Bapak banyak yang sudah berhenti merokok. Karena meninggal." kata Bamer sore itu ketika saya mengantarnya untuk disinar yang ke sepuluh. "Merokok katanya mengurangi umur sebelas menit. Sedangkan tertawa dapat nenambah umur lima belas menit. Jadi dengan merokok dan tertawa, Bapak bisa menghemat empat menit , ya Nur." Syumpah saya masih gak mengerti sampe sekarang.
Bamer = bapak mertua
Bumer = ibu mertua
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H