Jika keberadaan saya di Kompasiana dihitung dobel dengan akun lama yang saya buat tahun 2010, maka September nanti 'usia' saya sudah akan memasuki empat belas tahun. Ibarat seorang anak, ia berada di fase sedang unyu-unyunya, sedang imut-imutnya. Bedanya, si imut itu dulu 'digembleng' dalam 'pertapaan' di hutan keramat yang eksotis di sebuah kota di Jawa Timur, sementara si imut 'reinkarnasinya' sudah turun gunung dan kini tinggal di Kota Legenda Ngayogyakarta. Namun bukan berarti akun lama terlupakan begitu saja, meski faktanya memang sudah lama tidak menulis di sana. Yang jelas, jejak kenangannya tidak akan pernah hilang. Kisah-kisah masa lalu yang tertoreh di akun lama akan tetap dapat dilihat dan dibaca, khususnya bagi saya pribadi. Mungkin juga suatu hari nanti di masa depan, ketika anak cucu cicit saya mengetikkan nama leluhurnya ini hehehe.
Cerita masa lalu lainnya adalah, dahulu Kompasiana agak sering mengadakan sayembara menulis. Menulis berita yang diangkat dari lingkungan sekitar si penulis, tentu saja dengan tema-tema yang telah ditentukan. Saya pernah ikut menulis tentang tokoh dengan isu lingkungan, dan menang, juara tiga, dapat uang saku 2juta. Pernah juga ikut kegiatan seminar filologi yang diadakan Kompasiana di Sono Budaya Jogja. Itu tahun 2018. Dapat uang jajan juga. Senang kah? Senang banget pastinya!
Sekarang saya tidak banyak tahu tentang kabar terbaru Kompasiana. Belum sempat menelusuri sebanyak dulu karena kesibukan kuliah dan ngurusin rumah tangga yang bertangga-tangga inih. Semoga ada kawan lama atau baru yang mau berbagi cerita di kolom komentar, tentang pengalamannya lima tahun terakhir. Atau barangkali ada circle K (baca: Kompasiana) di Jogja yang masih aktif menulis? Bagi-bagi sini dong ceritanya. Nanti saya akan follow anda semua.
Tabik!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H