Lihat ke Halaman Asli

Nurias Nurias

Sedang Belajar Nulis

Terima Kasih Grab

Diperbarui: 5 Desember 2019   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

grab.com

Haii.. perkenalkan namaku Nurias, sekarang aku mahasiswa Magister Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung. Untuk bisa sampai sekarang, aku melewati masa-masa sulit saat kuliah S1 di Unhas, Makassar. Salah satunya saat semester 7 sakit paru-paru (Tuberclosis). 

Juli 2017, saat itu sedang melaksanakan KKN di Pinrang, Sulawesi Selatan. Awalnya seperti sakit perut biasa, kemudian semakin lama-semakin nyeri, rasanya seperti diperas habis ususku. Berat badan yang menjadi tidak normal, turun 5 kg selama 1 minggu, dan badanku selalu lemas. Saat KKN pun aku lebih banyak duduk dan beristirahat, sedangkan teman-temanku aktif mengerjakan program kerja yang telah direncanakan untuk 3 bulan ke depan. 

Sakitku bertambah setelah seminggu dari kejadian itu. Alhamdulillah ada libur sebelum lebaran, sehingga aku memutuskan untuk check-up ke Makassar. Namanya anak rantau, aku tak punya keluarga dekat atau jauh, karena semuanya ada di Jawa. Kemudian bukan tidak punya teman, hanya saja teman senagkatan yang kukenal dekat, sedang KKN juga.  Jadi terpaksa aku harus mengurusnya sendiri. 

Inilah kisahku bersama GRAB.

Aku berkenalan dengan aplikasi ojek online yang bernama GRAB. Saat itu ada pula saingan ojek online, tapi entah mengapa lebih prefer sama Grab. Fiturnya yang lengkap membuat aku  #SelaluBisa dalam memenuhi kebutuhanku saat aku sakit. Mulai dari pesan makanan menggunakan grabfood, check in ke rumah sakit menggunakan grabcar, terkadang aku menggunakan grabmotor  jikalau masih bisa menahan rasa sakit dan aku perna mengirim surat sakit menggunakan fitur grabpengantaran 

Aku ingin bercerita kembali dimana masih ingat sampai saat sekarang, bahkan betul-betul ingin bertemu dengan seorang driver,  bapa paruh baya yang mengantarku ke asrama saat pulang dari RS. Dia bercerita tentang bagaimana kerasnya berjuang untuk bisa menghidupi anak-anaknya dengan cara menjadi supir grab. Disaat itu tak sedikitpun mengeluh, malah memberi pelajaran padaku yang mengeluh, karena sendiri, merasa Tuhan tak adil memberikan aku sakit paru-paru sehingga merasa dikucilkan dari lingkungan. 

Bapak paruh baya itu menyadarkanku bahwa hidup harus bisa tegar dan mandiri, bisa berdiri saat manusia sibuk dengan dirinya. Bersandar hanya pada Tuhan "Berbahagialah nak, kamu sakit karena Allah sayang, berapa juta orang meninggal karena penyakit yang sama sepertimu, dan sekarang kamu masih hidup" Jleeeeb. Aku menitikkan air mata, betapa bapak ini sangat peduli dan memberikan kebahagiaan pada penumpangnya sehingga aku merasa tegar dan bangkit kembali. "Naak, sudah sampai. Mari saya bantu" Bapak paruh baya itu mengangkatkan tas jinjingku mengantar sampai ke pos stapam dan menitipkanku agar diantar ke kamar. "maaf nak, andai kalau bisa, saya akan mengantarkanmu, jaga diri baik-baik, saya jadi ingat anak saya yang sudah meninggal". Saya menitikkan air mata, mungkinkah anaknya juga mengidap penyakit yang sama sepertiku? Mataku berkaca-kaca kembali dan tak lupa aku mengucapkan terima kasih sembari memberikan selembar uang Rp. 20.000.

Selama aku di asrama dalam masa perbaikan kondisi tubuh, terpaksa aku memesan makanan via grabfood, untungnya grab ini  #AplikasiUntukSemua jadi aku tak susah mencari makanan. Ya meskipun sesekali ada teman mengantar makanan, mereka yang jauh-jauh dari lokasi KKN datang ke asrama kampus hanya untuk menengokku, tapi untuk hari-hari lainnya grabfood yang menjadi andalan. Awalnya aku merasa boros, tapi seringnya transaksi menjadi banyak kupon dan diskon untuk setiap pembelian makanan. 

Setelah seminggu aku berusaha untuk mengembalikan nafsu makan, review jujurnya, restoran yang bermitra dengan grab menurutku worth it, jadi tak merasa sia-sia ketika makanan yang aku makan enak.  Sesudah mulai terasa baik, aku merasa harus check-up yaa.. lumayan sudah enakan, jadi aku memilih grabmotor . "Pak, pelan-pelan jalannya, saya masih kurang fit". "Baik kak" timbalnya. Sepanjang jalan, aku melemparkan beberapa pertanyaan dan dengan sabar beliau menjawab. Benar saja beliau mengemudikan motornya dengan pelan bahkan sangat hati-hati karena tahu kalau aku sedang sakit. Sampai di RS, aku memberikan selembar uang Rp. 10.000, walau di tagihannya Rp. 9.000 tapi  tak usah dikembalikan Rp. 1.000 nya. "Terima kasih kak" sahutnya.. "sama-sama". Aku langsung memberikannya bintang 5. 

Sampai di RS, aku memasuki ruang check up dan ternyata aku harus dirawat inap kembali, karena tiba-tiba kondisiku drop. Aku langsung menghubungi senior yang bisa membantu untuk menemani di RS dalam beberapa hari. Dua hari aku di RS, dosen pembimbing KKN meminta surat keterangan untuk dilaporkan pada pihak kemahasiswaan bahwa aku tak bisa lanjut KKN. Saat itu, senior yang menemani sedang tidak ada, aku berinisiatif meminta suster untuk menitipkan surat ini pada bapak driver ojol dan mengantarkannya ke kampus, lalu memberikannya pada seniorku yang lain yang sedang berada di kampus untuk diteruskan pada pembimbing KKN. Alhamdulillah, 30 menit kemudian pembimbing KKN menelpon bahwa suratnya sudah diterima. Aku bersyukur sekaligus berterima kasih kepada semua yang telah membantuku, salah satunya driver ojol grab yang sudah membantu ketika tidak tahu lagi harus meminta bantuan kepada siapa. 

Aku tahu mereka membantu kita karena ingin mendapatkan uang, tapi memang itu tujuannya, dan bukankah itu yang mereka inginkan dan itulaah haknya?.Upah yang harus mereka terima sebelum keringatnya kering. Kita saling membantu, karena kita saling membutuhkan. Yaa aku patut menyebutnya "Super App" karena fiturnya sudah memberikan banyak kemudahan, semuanya ada apa yang menjadi kebutuhan aku dan keramahan driver menjadi nili plus tersendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline