Pernakah kalian merindukan masa dimana saat masih menjadi anak-anak? Kita selalu berkeinginan lagi untuk kembali menjadi anak-anak. Karena pada saat itu yang kita ingat hanya memori yang menyenangkan saja. Dalam benak anak-anak, hanya ada kata bermain dan tidak mengenal apa itu lelah. Tidak perlu memikirkan bagaimana masa depan kita nantinya atau bagaimana kita akan menjalani hidup ini dengan menjadi pribadi yang baik. Agar orang-orang disekitar kita merasa nyaman ketika berkomunikasi.
Semakin bertambah usia kita akan merindukan masa lalu dan mengingat-ngingatnya kembali. Ingatan ini berupa potongan memori-memori yang pernah terjadi pada kehidupan kita. Memori yang masuk akan melalui auditori melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah, rabaan melalui kulit ataupun visualiasai melalui mata.
Memori yang terekam akan termasuk perhatian (attention), namun jika tidak mendapatkannya memori tersebut akan rusak dan hilang (decay). Tetapi jika mendapat perhatian akan dilanjutkan oleh short-term memory. Memori yang sulit untuk diingat lagi secara menyeluruh di namakan memori jangka pendek (short-term memory).
Meskipun memori jangka pendek hanya mampu menyimpan memori secara terbatas tenyata memiliki fungsi untuk melakukan stimulus ataupun respon. Beberapa ingatan yang masuk disampaikan melalui neuron lalu tersimpan di bagian otak sesuai dengan jenis memorinya.
Jika berhubungan dengan emosi maka tersimpan di amygdale, kemudian yang berhubungan dengan keterampilan tersimpan di serebellum. Selanjutnya akan tersimpan secara terbatas di hippocampus sebagai ingatan sementara. Lalu, akan diproses melalui cerebral corex sehingga menjadi ingatan memori jangka panjang (longterm memory).
Dengan mengingat-ingat memori kita saat menjadi anak-anak. Tanpa kita sadari bahwa itu sudah termasuk Inner Child. Menurut Firman & Russel (1984) mengatakan bahwa inner child disebut perjalanan hidup tersembunyi yang mempengaruhi kita hingga saat ini. Selain itu, menurut Weston (2009), bahwa dengan berkontribusi pada inner child sendiri mendapatkan kekuatan dan pengetahuan ke masa dewasa.
Banyak dari kita yang tidak menyadari adanya inner child pada dirinya sendiri. Padahal inner child sudah ada dari dulu semenjak kita masih anak-anak dan selalu hidup berdampingan hingga kita dewasa.
Terkadang inner child terjadi secara disadari maupun tidak disadari oleh kita sendiri. Seperti kita saat dewasa memiliki kepribadian yang ramah kepada orang lain dan selalu membantu orang lain.
Maka dulu sewaktu ia masih anak-anak selalu diajarkan untuk ramah kepada orang lain. Ada juga, saat dewasa selalu marah-marah tidak jelas dan susah untuk mengontrol emosinya, dimana dapat dibuktikan bahwa dulu ia mengalami pengalaman yang traumatis. Namun, pengalaman Inner Child dari tiap-tiap individu berbeda-beda. Pengalaman tersebut sangat berpengaruh hingga saat kita sudah tua nanti.
Pengalaman-pengalaman tersebut terbentuk karena adanya emosi pada anak. Perkembangan emosional sangat penting bagi anak-anak seperti mengelola emosi, memahami emosi, dan membedakan emosi. Hubungan interaksi anak dengan orang tua sangat berpengaruh untuk mengekspresikan kepribadian diri mereka. Sebagai contohnya, anak-anak akan menirukan orang tuanya ketika berkomunikasi dengan orang. Perkembangan emosi sosial anak akan tersimpan secara alam bawah sadar.
Fungsi kognisi dipengaruhi oleh emosi dan berkaitan dengan sistem neuron. Terdapat pengaruh emosi terhadap memori ada dua. Pertama, mood-cogruent adalah memori akan bekerja dengan baik ketika suasana hati memiliki kesamaan. Kedua mood-state dependent adalah memori bekerja dengan lebih baik di banding suasana hatinya ketika mengingat kembali (recall) dan menyimpan informasi.