Lihat ke Halaman Asli

Nur Hikmah

an avid learner

Hari Krida Pertanian SMPN 3 Curug Menanam Padi di Sekolah

Diperbarui: 24 Juni 2022   12:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SMPN 3 Curug adalah sekolah yang berlokasi di kabupaten Tangerang - Banten, berdiri di atas lahan kurang lebih 8000m. Sebagian lahannya terdiri atas lahan tidur, berupa bekas sawah. Selama ini warga sekolah menganggap bahwa lahan tersebut adalah salah satu kekurangan sekolah. Namun sejak sekolah ini mengikuti program Sekolah dengan Keanekaragaman Hayati atau biasa disebut dengan SEHATI, cara pandang warga sekolah sudah berbeda. Lahan tidur tersebut bukan lagi kekurangan bagi kami tapi itu adalah keunikan kami.

Program Sehati sendiri merupakan program yang digagas oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tangerang yang diketua oleh bapak Imam Sutopo. Pada prakteknya sekolah-sekolah yang mengikuti program ini memiliki spesifikasi dalam penanaman jenis tanaman. Ada setidaknya tiga jenis tanaman yakni tanaman sayuran, pangan dan toga. Melihat keunikan SMPN 3 Curug, bapak Imam memutuskan bahwa sekolah ini akan menanam pangan yakni padi.  

whatsapp-image-2022-06-21-at-10-12-46-62b54674a0cdf804217c7162.jpeg

Dengan penanaman padi, sekolah berharap siswa dapat lebih memahami dari mana nasi yang selalu berada di atas piring mereka berasal. Seperti yang diutarakan oleh camat Curug bapak Supriadi, yang menghadiri acara tersebut, bahwa yang terpenting adalah prosesnya bukan produknya. Dengan memahami proses pembibitan padi hingga nanti pemanenan, diharapkan siswa juga dapat lebih menghargai makanan khususnya nasi dan tidak membuang-buangnya. Hasil analisis "Kompas" menemukan, nilai sampah makanan di Indonesia mencapai Rp 330 triliun pertahun. Sebuah angka yang tidak kecil.

Penulis juga berharap dengan pembelajaran menanam padi, siswa memiliki keinginan untuk menjadi petani. Profesi petani selama ini kurang diminati oleh  generasi muda. Sehingga tidak ada regenerasi dalam profesi petani. Jumlah profesi petani turun dari tahun ke tahun. Bappenas bahkan memperkirakan profesi petani akan hilang pada tahun 2063. Jika generasi muda tidak diberikan kesempatan untuk melihat dan merasakan bertani bagaimana mereka akan memiliki keinginan untuk menjadi petani? Jika bukan kita yang memperkenalkan mereka pada dunia pertanian, lalu siapa?

 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline