Hari itu masih pagi. Masih pukul enam kurang lima belas menit . Matahari masih enggan menampakkan sinarnya. Jalanan di kampungku juga masih sepi. Maklumlah, rumahku terletak di sebuah perkampungan yang masih baru, di tengah pekarangan luas. Rumah-rumah masih jarang.
Begitu memasuki ujung gang, yang tampak hanyalah rimbun pohon bambu, karena tepat berada di depan deretan pohon bambu itu, ada jalan belokan, sehingga rumah-rumah seolah-olah tersembunyi di balik belokan itu.
Seperti biasanya, setiap pagi menjelang akhir minggu, laki-laki tua itu duduk-duduk di depan atau di sekitar rumah warga dengan memegang sabit kecil.
Sebatang rokok murahan terselip di sela jemari tangan kirinya, sedang tangan kanannya menggosok-gosokkan sabit ke batu wungkal yang dipegang dengan tangan kiri yang di sela jemarinya terselip rokok tadi.
Dengan wajah serius dia mengasah sabitnya dengan teliti dan telaten. Meskipun demikian, tidak tergambar kesan bengis sedikit pun di wajahnya.
Pak Ri. Begitu orang di sekitar kampungku memanggilnya. Dia tinggal di sebuah desa, di lereng gunung, sekitar empat sampai lima kilo meter dari kampungku. Seorang tukang sabit rumput dengan upah antara empat puluh sampai lima puluh ribu.
Dengan mengeluarkan uang sejumlah tersebut, dijamin halaman rumah jadi bersih sampai waktu yang lumayan lama. Lantaran cara membersihkan rumputnya dicabut sampai ke akar-akarnya.
Suatu ketika, halaman rumahku sangat kotor. Rumput-rumput mulai meninggi di sana-sini. Suamiku yang biasanya rajin mencabutinya, kini tak sanggup untuk jongkok terlalu lama.
Apalagi tensi darahnya yang rendah, sehingga kalau berdiri dari jongkok kepalanya terasa pusing dan berputar. Aku...? Terus terang saja aku tidak telaten mencabuti rumput. Lebih baik seharian di dapur memasak, daripada harus mencabuti rumput berlama-lama.
Pernah kuanjurkan pada suamiku untuk minta tolong Pak Ri. "Mas, minta tolong Pak Ri saja, ya...?" Saranku suatu hari. Tapi dia agak merasa keberatan, lantaran menurut kami upahnya terlalu tinggi.
Bagi aku dan suamiku harga segitu terlalu tinggi hanya untuk pekerjaan mencabuti rumput. Aku hanya seorang guru dengan pangkat rendah, sedangkan suamiku adalah seorang guru swasta di sebuah yayasan di dekat tempat kami tinggal.