Cianjur, 25 Oktober 2012
Zanetta tadinya ingin memilih lapangan Al-badar sebagai pengganti piket dan hukumannya namun ternyata ia malah harus kembali menjalani hukumannya di lapangan kecil depan Poskestren.
Rasanya ia kesal dengan keputusan sepihak bagian keamanan padanya mungkin karena ia tidak sepintar Aqila atau serajin Uswah yang selalu mendapatkan bala bantuan dari siapapun, maka dari itu Zanetta hendak menerima dengan ikhlas apa yang terjadi. Sapu di tangannya terus ia ayunkan pada dedaunan kering yang selalu saja jatuh tanpa diminta.
Baru tiga kali Zanetta menyapu halaman, sebuah bola meluncur ke arahnya. Ia cukup kaget namun ia menoleh ke kanan dan ke kiri jika ada bola seharusnya ada juga yang menendangnya karena itulah Zanetta bingung namun ia tak mau ambil pusing dan kembali melanjutkan hukumannya.
"Lho emang bolanya kemana? Ke sana? Nggak ada orang kan yaudah biar Kakak yang ambil."
Zanetta tahu biasanya waktu seperti ini para ikhwan masih mengaji di gedung Al-Ghaniah belakang tetapi pada saat yang bersamaan muncul sosok anak kecil yang cemberut dengan menggandeng tangan santri yang memakai sarung hitam dengan koko biru juga peci yang sedikit miring ke kiri.
"Kenapa ngelihatnya aneh?" tanya Zanetta bingung
"Akmal?"
Santri itu melihat anak kecil yang mendongak ketika dipanggil namanya, "Kamu kenal Akmal?" tanya santri itu.
Zanetta mengangguk, "Akmal kenapa main bola di sini, ketahuan Abi Aswad nanti dipukul lagi lho!"
Akmal pun hanya mencebik lalu berlari mengambil bolanya, "Akmal cuma lempar bola!"