Lihat ke Halaman Asli

Nurhidayah

E-Commerce Staff in Audio Solutions

Fenomena Buzzer di Tiktok dalam Kampanye Pilpres 2024

Diperbarui: 12 Februari 2024   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Era digital saat ini, media sosial telah menjadi alat utama bagi capres untuk berkampanye politik dalam pemilu 2024. Saat ini ada salah satu platform  media sosial yang semakin diminati oleh para paslon Capres-Cawapres dan Tim Sukses Partai adala media sosial Tiktok. 

Tiktok sendiri sudah memiliki jutaan pengguna aktif Indonesia, dan algoritma yang dimiliki oleh Tiktok adalah ketika ada musim tertentu Tiktok akan menaikan video tersebut meskipun akun tersebut fake atau memeliki pengikut yang sedikit. 

Maka tidak heran jika saat ini Tiktok menjadi wadah untuk berkampanye. Namun fenomena kampanye di Tiktok ini bermunculan banyaknya akun-akun fake yang muncul menyebarkan video yang belum tentu bisa di pertanggung jawabkan kebenarannya untuk menghasut dan memprovokasi. Tak sampai disitu komentar saling hujat dan saling serang antara buzzer yang mendukung paslon tertentu.

Tiktok dengan fitur-fitur nya dapat memudahkan para paslon Capres-Cawapres dan timses mereka seperti fitur Live, paslon dapat menyampaikan pesan dan membangun kedekatan dengan audience. Namun dibalik itu banyak persaingan antar buzzer yang berusaha untuk mempengaruhi opini publik.

Tiktok memliki kelebihan yang harus kita akui yaitu menurunkan budget kampanye berbeda dengan kampanye menghadirkan masa atau menggunakan stadion untuk berkampanye.

Kekurangan yang ada pada Tiktok adalah resiko penyebaran informasi palsu (hoaks) dan penggiringan opini. Buzzer ini akan terus menyerang dan memberikan komentar negative di video paslon oposisi mereka. Banyaknya video-video muncul dari akun fake yang isi dari beritanya menyudutkan paslon oposisi dan membela paslon yang ia dukung. Tentunya hal ini dapat mengecoh pemilih.

 

Tantangan etika dalam berkampanye di media sosial Tiktok :

1. Penyebaran Informasi Palsu (Hoaks)

  • Dengan maraknya buzzer, kita dipaksa untuk mengecek terlebih dahulu kebenaran informasi tersebut, mengecek sumber informasi apakah akun tersebut kredible atau tidak. Dengan literasi media digital masyarakat dapat lebih kritis dalam menilai video yang mereka lihat di Tiktok.

2. Penggiringan Opini

  • Buzzer seringkali menyerang palson Capres-Cawapres oposisi dengan keji. Dengan Literasi media digital dapat membantu marsyarakat memahami dari berbagai sudut pandang dan terjebak dalam opini yang menggiring.

Dalam menghadapi fenomena ini, masyarakat harus paham dengan peran media sosial untuk dapat memfilter informasi yang dikonsumsi. Semoga pemilu tahun 2024 dapat berjalan dengan aman dan mendapatkan Capres-Cawapres terbaik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline