Lihat ke Halaman Asli

Nur Hidayah

Mahasiswa, Universitas Airlangga

Lingkaran Logika Mistika di Indonesia

Diperbarui: 15 Mei 2023   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat Indonesia selalu berhubungan dengan kepercayaan mistis. Kepercayaan mistis berkembang luas di kalangan masyarakat Indonesia yang dijadikan sebagai budaya. Banyak orang gagal paham, mengira bahwa ritual yang berhubungan dengan hal-hal mistis dan gaib merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat modern ini. 

Dalam segala urusan yang ada pada kalangan masyarakat Indonesia mereka menggunakan kepercayaan mistis untuk nantinya dikait-kaitkan dengan segala sesuatu yang terjadi. 

Padahal segala sesuatu yang terjadi tidak selalu terus-menerus disebabkan oleh hal mistis, bahkan hal tersebut dapat dijelaskan dengan sains. Berbicara mengenai sains berarti membicarakan mengenai logika. Namun, dalam kultur masyarakat Indonesia, sains masih dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Anggapan yang menganggap bahwa sains itu tabu disebabkan salah satunya oleh faktor pendidikan.

Di Indonesia, khususnya masyarakat yang memiliki rentang usia sekitar 75 tahun ke atas hanya mendapatkan akses pendidikan yang rendah karena dampak kolonialisasi, krisis ekonomi, dan kebijakan negara yang tidak mengharuskan mereka untuk mengenyam dunia pendidikan. Bagi masyarakat Indonesia yang bisa disebut sebagai masyarakat lanjut usia, logika mereka cenderung terjebak pada konstruksi budaya. Misalnya, dalam masyarakat Indonesia percaya bahwa santet itu ada. Namun untuk sebagian orang yang berkiblat pada sains mereka menganggap bahwa santet tidak ada.

Ada suatu diskusi menarik mengenai penjajahan Indonesia yang dilakukan oleh Belanda. Pertanyaan yang selalu diajukan dan menjadi perdebatan hingga saat ini adalah mengapa orang yang disebut sebagai dukun tidak mengirimkan santet kepada kompeni-kompeni Belanda? 

Jawaban dari pertanyaan tersebut beragam namun pendapat masyarakat menjadi terpecah, bagi kaum yang percaya terhadap eksistensi santet menganggap bahwa kekuasaan Belanda pada masa penjajahan dijadikan sebagai alat untuk membayar orang yang dianggap dukun. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa santet hanya berlaku bagi masyarakat pribumi dan tidak berlaku pada orang asing. 

Namun terdapat pantangan untuk masyarakat pribumi, yaitu santet hanya berlaku jika target santet berdomisili beda pulau dan mereka yang percaya terhadap santet. Jika demikian, maka santet bisa dianggap tidak universal dan tidak memiliki kekuatan yang konkret karena dampaknya hanya berlaku bagi sebagian orang saja.

Kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap hal mistis berhubungan dengan kepercayaan hantu. Fakta ini didukung oleh banyaknya saluran YouTube di Indonesia yang berisi tentang paranormal experience serta penelusuran mistis ke suatu tempat angker yang laris manis di kalangan masyarakat Indonesia, itu dapat diartikan bahwa penggemar hantu di Indonesia banyak. Tidak sedikit lakon dari saluran tersebut mengaku bahwa mereka indigo. Sebenarnya, fenomena indigo merupakan penyakit ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) yaitu penyakit gangguan perkembangan yang bersumber dari biologis atau gangguan saraf.

Lalu, bagaimana masyarakat Indonesia dapat mendefinisikan wujud hantu dan dapat menyebut wujud tersebut sebagai genderuwo, pocong, kuntilanak, tuyul, dan lain sebagainya?

Hal tersebut dapat dijelaskan dengan fenomena psikologi yang disebut Pareidolia, yaitu fenomena ketika seseorang dapat melihat suatu bentuk biasanya berbentuk wajah manusia pada suatu objek mati. Fenomena ini juga bisa disebut sebagai logika mistika.

Apa yang dimaksud dengan logika mistika?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline