Lihat ke Halaman Asli

Nurhidayah

Manusia Biasa

Sebagian Bahagia ialah Pengetahuan akan Ketidaksempurnaan

Diperbarui: 4 Juni 2024   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

"Saya bertaruh dengan ambisi, ego, hanya untuk menikmati ketidaksempurnaan dan menyerah pada kesempurnaan." 

-Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens. Bersyukur dan Ikhlas adalah salah satu cara agar hidup akan terasa lebih tenang dan bahagia- wikipedia.org

Definisinya sesimple itu, sederhana dan low budget banget. Namun, di luar sana banyak orang atau bahkan diri sendiri yang begitu mengusahakan kebahagiaan, mengorbankan beberapa hal dengan alibi demi rasa bahagia, tentram, di masa depan. 

Apakah kebahagiaan termasuk dalam hal yang dapat kita kendalikan?

Pertanyaannya, apakah kebahagiaan hanya semata-mata ketika berhasil mendapatkan apa yang kita inginkan? atau berhasil mencapai sesuatu? Berhasil menembus standarisasi kebahagiaan yang terbentuk di lingkungan sosial?

Kebahagiaan tidak melekat pada sesuatu pun di luar diri kita, melainkan hal tersebut terbentuk dari hasil olah pikiran kita terhadap sesuatu. Banyak hal yang bisa menjadi penyebab kebahagiaan. Dan satu-satunya penentu kebahagiaan adalah bagaimana kita menyikapi dan memberikan tanggapan pada hal-hal yang umumnya menjadi sebab-akibat adanya rasa bahagia. 

Mendapatkan kemalangan lumrahnya akan mendatangkan rasa sedih. Namun, apakah kemalangan berarti kehilangan rasa bahagia? 

Dengan segala hal yang telah hilang, terlewat, pernah nggak, sih, kepikiran sekali saja, bahwa sudah benarkah langkah kita memaknai kebahagiaan? Kebahagiaan seperti apa yang kita kejar? Cukupkah harapan-harapan yang akhirnya terwujud menjadi titik bahagia kita?

Dua puluh empat jam, waktu yang cukup untuk berbahagia di sela-sela rutinitas. Tapi, banyak juga yang memilih menghabiskan waktu demi mencapai rasa bahagia yang disangkanya akan lebih lama di masa depan, jika hari ini ia mengupayakan banyak hal. Konsepnya memperjuangkan sesuatu yang semu/tidak pasti, kan? 

Ada pepatah mengatakan, "Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Siapa yang menjamin bahwa waktu yang kita habiskan untuk bekerja keras membentuk masa depan yang bahagia, benar-benar akan tiba? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline