"Aku tidak tahu pasti, Apakah ini bentuk lain tradisi baru di bulan Ramadan, buka bersama sampai melewatkan salat magrib dan isya plus tarawihnya." Begitu selorohnya, memandang debu jalanan bekas lalu lalang muda-mudi yang berbondong menuju pusat kota.
"Ah, jangan berprasangka buruk terus lah, Nuul," timpalku, lantas mendengar ucapan istighfar tidak lama dari itu.
"Kita tidak pernah tahu langkah siapa yang paling berkah, bukan tugas kita menghakimi mereka hanya karena cover mereka tidak masuk dalam kualifikasi baik di mata kita, Nuul."
"Aku jadi teringat satu hal, kita mungkin bisa mencegah diri kita berbuat jahat tapi menjaga diri dari merasa lebih baik masih sering membuat kita tergelincir," ujarku, melirik ke arah Nuul yang terdiam.
"Maaf, Nur, aku bukannya berprasangka buruk, hanya saja aku tidak habis pikir kenapa mereka menyia-nyiakan waktu yang tersisa beberapa hari lagi."
"Doakan saja, semoga apa yang kita pikirkan tidaklah benar. Mari kita optimalkan saja diri kita di-penghabisan bulan suci ini."
"Lagi pula memikirkan hal-hal yang tidak pasti juga salah satu bentuk kesia-siaan, Nuul, percuma juga menebak-nebak apa yang terjadi kepada mereka. Tugas kita, jika memang benar terjadi hal yang tidak dibenarkan maka kita menasehati, selain dari pada itu kita berlepas diri."
"Ya, kamu benar."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H